loading...
Pada pembukaan perdagangan Selasa (18/8/2020) terdapat 159 saham menguat, 69 saham melemah dan 151 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp377,9 miliar dari 457,9 juta lembar saham yang diperdagangkan.
(Baca Juga: Dollar AS Jadi Tidak Menarik, Rupiah Bakal Tampil Perkasa)
Indeks LQ45 naik 4,93 poin atau 0,60 persen ke 832,15, indeks JII naik 4,02 poin atau 0,71% ke 568,94, indeks IDX30 naik 2,37 poin atau 0,52% ke 455,44 dan indeks MNC36 naik 1,11 poin atau 0,37% ke 300,63.
Baca Juga:
Sementara itu, saham-saham yang masuk top gainers yaitu PT Global Mediacom Tbk (BMTR) naik Rp52 atau 22,41% ke Rp284, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) naik Rp95 atau 5,25% ke Rp1.905 dan saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) naik Rp30 atau 4,62% ke Rp680.
(Baca Juga: Saham Teknologi Jadi Primadona Bikin Nasdaq Cetak Rekor, Wall Street Mixed)
Adapun saham-saham yang masuk top losers antara lain, saham PT Eka Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN) turun Rp36 atau 6,92% ke Rp484, saham PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG) turun Rp4 atau 6,15% ke Rp61 dan PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) turun Rp5 atau 5,95% ke Rp79.
Di sisi lain bursa saham wilayah Asia Pasifik sedikit berubah dalam perdagangan Selasa pagi saat investor terus mengawasi perkembangan terbaru ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Pada awal sesi, daratan China berangsur lebih tinggi dimana Komposit Shanghai merangkak naik 0,11% sementara komponen Shenzhen berada di atas garis datar.
Indeks Hang Seng, Hong Kong juga tidak berubah terlalu besar. Selanjutnya indeks Nikkei Jepang justru jatuh 0,57% ketika indeks Topix diperdagangkan 0,56% lebih rendah. Sementara indeks Kospi di Korea Selatan yang kembali dibuka setelah libur pada hari Senin, kemarin juga tergelincir sebesar 0,46%.
(Baca Juga: Mainkan 10 Saham Ini di Tengah Laju IHSG Mengawali Pekan Pendek)
Saham di Australia menjadi lebih tinggi, dengan S&P/ASX 200 naik 0,13%. Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang diperdagangkan 0,11% lebih tinggi.
Ketegangan antara Washington dan Beijing cenderung terus membebani sentimen investor. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada hari Senin pengetatan pembatasan terhadap Huawei, yang bertujuan untuk membatasi akses raksasa telekomunikasi asal China itu.
(akr)