loading...
"Waduh, Stafsus Presiden kok cuma pandainya mengergaji dan ngarit dana-dana APBN sih untuk cari makan dan untung," sindir Arief Poyuono dalam keterangan tertulis kepada SINDOnews, Kamis (23/4/2020).
"Katanya dari generasi milenial yang maju dan berbakat, kok cuma bisa mengerogoti duit negara dalam bentuk proyek-proyek sih," sambungnya.
Baca Juga:
Arief mengatakan negara tidak perlu sosok milenial yang memiliki mental seperti itu. Bahkan, dirinya menyebut bahwa para Stafsus tersebut tidak lebih hebat dari para generasi milenial yang berdagang bakso, martabak, cendol, nasi goreng, nasi angkringan, warkop, barber shop, dan lainnya.
"Yang dijadikan Stafsus, mereka saya kira jauh lebih hebat dengan pendidikan minim dan tidak ada fasilitas, tapi mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Nah ini kok cuma bisanya 'ngarit', cari makan atau cari kangtao (bisnis) di pemerintahan dengan katabelece sebagai stafsus presiden, padahal gajinya udah gede banget loh," sentilnya.
Arief mencontohkan pendiri sekaligus CEO Ruangguru, Adamas Belva Syah Devara yang disebutnya berjualan produk Ruangguru dengan mencari keuntungan melalui program pelatihan daring untuk peserta Kartu Prakerja.
"Yang terbaru lagi baru ketahuan nama Billy Mambrasar, Stafsus Milenial Presiden Jokowi, disebut-sebut mendapatkan proyek penyaluran dana bergulir bagi usaha kecil menengah (UKM) di Papua," katanya.
Dikatakan Arief, perusahaan milik pria asal Papua itu dikabarkan sebagai penyalur bantuan dana bergulir bagi pengusaha muda asal Papua dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Ini adalah badan layanan umum pengelola dana bergulir di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemkop UKM).
"Ya Ampun kok Kang Mas (Jokowi) bisa-bisanya menjadikan mereka Staf Khusus sih? Mendingan juga Stafsus itu berasal dari generasi milenial yang punya pendidikan minim dan tidak punya fasilitas, namun mampu menciptakan lapangan kerja dan usaha usaha kecil yang selama ini menopang perekonomian nasional," tuturnya.
Menurutnya, mereka jauh lebih baik dari pada para Stafsus yang cuma bisa mengambil keuntungan dari proyek APBN. "He he he, yang pasti syarat dengan kolusi dan nepotisme sedangkan korupsinya nanti kalau sudah ketahuan," pungkasnya.
Diketahui, dua Stafsus Milenial Jokowi, Andi Taufan Garuda Putra dan Adamas Belva Syah Devara melibatkan perusahaan pribadi keduanya dalam proyek pemerintah, khususnya terkait penanggulangan Corona.
Andi yang memiliki perusahaan PT Amartha Mikro Fintek menyurati para camat se-Indonesia dengan menggunakan dan mengatasnamakan Sekretariat Kabinet, lengkap dengan kop suratnya dalam proyek penanganan Corona. Belakangan surat tersebut bocor ke publik, kemudian suratnya ditarik dan yang bersangkutan meminta maaf.
Kemudian Adamas Belva Devara adalah pemilik dari Skill Academy by Ruangguru. Perusahaan yang dipimpinnya merupakan salah satu yang terpilih untuk pelaksanaan program pelatihan online program Kartu Prakerja.
Lewat Twitter, Belva pun menjelaskan bahwa dia sama sekali tidak ikut mengambil keputusan dalam program Kartu Prakerja yang ditangani oleh delapan perusahan untuk pelatihan daring dengan total nilai proyek mencapai Rp5,6 triliun. Belakangan, Adamas memilih mundur dari jabatan Stafsus Milenial Presiden Jokowi.
(kri)