loading...
Kementerian Luar Negeri Iran mengungkap penolakan visa oleh Riyadh tersebut. Kota pelabuhan Jeddah, Arab Saudi, akan menjadi tuan rumah pertemuan OKI pada Senin (3/2/2020).
"Pemerintah Saudi...melanggar komitmen yang pasti sebagai pemerintah yang menjadi tuan rumah Organisasi internasional ini serta prinsip-prinsip sederhana yang ditetapkan dalam modus operandi organisasi tersebut, seperti perlunya memastikan partisipasi bebas dan tidak terbatas dari Negara-negara Anggota dalam semua kegiatan Organisasi, dan (Saudi) menolak delegasi Republik Islam Iran yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri visa Hossein Jaberi Ansari hingga jam-jam terakhir sebelum pertemuan," kata juru bicara kementerian tersebut, Seyyed Abbas Mousavi, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Sputniknews.
Baca Juga:
Dia menambahkan bahwa Iran akan mengirimkan nota protes ke sekretariat OKI dan mendistribusikan isinya di antara negara-negara anggota. Menurut diplomat itu, tindakan Riyadh sudah menghalangi pekerjaan organisasi.
Di bawah rencana perdamaian yang diungkapkan oleh Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa lalu, Israel akan mencaplok permukiman di Tepi Barat dan Lembah Jordan dan menjadikan Yerusalem sebagai "ibu kota yang tidak terbagi".
Negara Palestina yang didemiliterisasi, pada gilirannya, ditawari desa Abu Dis sebagai ibukotanya dan investasi USD50 miliar untuk memacu ekonomi Palestina. Hak kembalinya pengungsi Palestina ke tanah leluhur mereka tetap "di luar meja" atau tidak ada dalam rencana tersebut.
Kesepakatan itu diprediksi memicu reaksi baik dari Palestina dan dunia Muslim. Presiden Iran Hassan Rouhani menggambarkan bahwa rencana perdamaian yang diklaim AS sebagai "Kesepakatan Abad ini" sebagai "rencana paling tercela abad ini".
Pemerintah Arab Saudi belum berkomentar atas penolakan visa delegasi Iran untuk menghadiri pertemuan OKI. Kedua negara ini terus berseteru sejak putus hubungan diplomatik beberapa tahun lalu.
(mas)