loading...
Hasil kajian riset data media monitoring Institut Riset Indonesia (INSIS) menunjukkan, PKS menjadi partai politik yang paling maksimal dalam menggerakkan politisinya untuk berkomentar di media massa. Sedangkan Partai Golkar menjelma menjadi partai politik yang mampu memanfaatkan serta memaksimalkan setiap isu yang muncul untuk di komentari oleh para politikusnya. ”Ada 50 kursi anggota parlemen dari PKS. Dari angka ini, 38 diantaranya aktif dikutip namanya sebagai narasumber berita di media massa. Artinya, 76% anggota parlemen dari PKS ini sudah dikenal oleh para jurnalis. Kemunculan 38 anggot aparlemen dari PKS ini tergambar atau direpresentasikan pada 536 berita,” ucap peneliti INSIS Wildan Hakim di Jakarta kemarin.
Dia menjelaskan, efektivitas atau kemangkusan politikus PKS dalam berkomentar di media massa ini dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah kursi yang dimiliki di DPR dengan jumlah legislator yang muncul dalam publikasi di media massa. Di belakang PKS, ada Golkar dan PKB. Sebanyak 85 anggota DPR yang dimiliki Partai Golkar sebanyak 52 orang di antaranya sudah muncul di media massa atau 61.17 %. ”Sedangkan PKB, dari 58 anggota DPR, 35 di antaranya sudah muncul di media massa atau 60.34%,” ujarnya.
Baca Juga:
Dalam data INSIS, kata Wildan, Golkar terpotret sebagai partai yang mampu memanfaatkan serta memaksimalkan setiap isu yang muncul untuk dikomentari oleh para politikusnya. Partai Golkar menyumbang 21,34% dari total wajah publikasi yang diproduksi anggota DPR. Dari total 5.778 publikasi yang dipantau oleh INSIS, ada 1.231 berita yang menjadikan politisi Partai Golkar sebagai narasumbernya. ”Ada perbedaan antara PKS dengan Partai Golkar dari sisi kemangkusannya berkomunikasi politik. Dalam pengamatan INSIS, PKS mampu menggerakkan anggota yang dimiliki di DPR. Sedangkan Partai Golkar mampu memanfaatkan setiap isu yang muncul untuk dikomentari oleh para politikusnya,” tambah Wildan yang juga akademisi di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta.
Partai Gerindra menyumbang 956 publikasi atau 16.54%. Menurut peneliti senior INSIS Dian Permata, PKS mampu memanfaatkan dan mendistribusikan setiap isu atau tema yang tengah hangat menjadi bahan perdebatan di ruang parlemen kepada kadernya di DPR. Partai Golkar mampu memanfaatkan semua isu atau tema yang hangat menjadi bahan perdebatan di ruang parlemen di DPR.
”PKS mampu mengapitalisasi anggota DPR-nya dengan mendistribusikan setiap isu. Sedangkan Golkar mampu mengapitalisasi setiap isu. Perbedaan pada unit analisis aktor (anggota DPR). Jika kita analisis lebih mendalam, maka Partai Golkar di DPR seperti terkonsentrasi di sejumlah elite untuk urusan citra dan publikasi isu,” ucapnya.
Untuk itu, saran Dian yang juga menjadi Tim Pakar UU Pe-milu Nomor 7/2017, partai politik mulai memikirkan serta mendistribusikan kader mereka di DPR dengan isu ke khas an atau keunikan masing-masing. Baik itu di komisi atau pun di kelembagaan partai politik. Sebagai contoh, PDI Perjuangan dengan mendelegasikan kepada Arif Wibowo sebagai representasi jika bicara tentang isu kepemiluan. Atau seperti Nihayatul Wafiroh di PKB yang bicara tentang seputar BPJS.
”Ini penting karena publik akan melihat kedalaman isu seseorang anggota DPR itu melalui teks atau konten yang dikuasai,” pungkasnya.
Riset ini menggunakan teknik media monitoring. Ada enam media massa yang dijadikan basis data riset. Empat media cetak, yakni Kompas, Koran Tempo, Koran Sindo, dan RakyatMerdeka. Dua media siber, yakni tribunnews.com dan detik.com. Data yang dicuplik adalah pemberitaan yang memuat nama dan tema anggota DPR. Waktu pengerjaan 1 Oktober hingga 30 Desember 2019.
(ysw)