Monday, May 1, 2023

Mengapa manusia tidak berbulu?

0 comments

Kalau alien datang ke Bumi dan menyuruh manusia berbaris di antara primata lainnya, salah satu perbedaan mencolok yang akan mereka amati – selain posisi kita yang tegak dan cara berkomunikasi kita yang unik – adalah tubuh kita yang nyaris tidak berbulu.

Bahkan, dibandingkan dengan kebanyakan mamalia, manusia sangat tidak berbulu (kecuali beberapa individu). Beberapa mamalia lainnya juga memiliki kualitas ini – di antaranya tikus mondok telanjang, badak, paus, dan gajah.

Tapi bagaimana kita berakhir dalam keadaan 'telanjang' seperti ini? Apakah tubuh tanpa bulu ada manfaatnya? Dan bagaimana kita menjelaskan kehadiran rambut yang tebal dan padat di beberapa bagian tubuh kita?

Tentu saja, manusia sebenarnya punya banyak bulu: kita memiliki rata-rata lima juta folikel rambut di seluruh permukaan badan kita.

Namun hampir semua folikel rambut di tubuh manusia menghasilkan rambut vellus, rambut yang halus, pendek, kusut yang tumbuh dari folikel dangkal; berbeda dari rambut terminal yang hanya ditemukan di kepala dan (setelah puber) ketiak, area selangkangan, dan, kebanyakan pada laki-laki, wajah.

"Kita secara teknis punya bulu di seluruh tubuh, hanya saja [kebanyakan] adalah folikel rambut miniatur," kata Tina Lasisi, antropolog biologi di Universitas Karolina Selatan yang berspesialisasi dalam sains rambut dan kulit.

"Namun ia sudah terminiaturisasi sampai pada titik ketika tidak lagi berfungsi melindungi kita."

Para ilmuwan belum tahu pasti alasan perubahan dari bulu yang tebal dan kasar ke bulu-bulu yang halus, dan mereka juga tidak tahu pasti kapan itu terjadi.

Ada beberapa teori yang berusaha menjelaskan apa kiranya yang telah mendorong hilangnya bulu dari tubuh kita.

Pandangan paling dominan di antara saintis adalah yang disebut hipotesis "pendinginan tubuh", yang juga dikenal dengan sebutan hipotesis "savana".

Dalil ini mengatakan bahwa meningkatnya kebutuhan manusia purba untuk menjaga suhu internal tubuhnya (termoregulasi) menjadi pendorong hilangnya bulu.

Selama masa Pleistosen, Homo erectus dan hominini lain yang muncul belakangan mulai berburu di savana terbuka. Mereka mengejar mangsa mereka selama berjam-jam untuk membuatnya kelelahan tanpa perlu alat berburu yang canggih, yang baru muncul belakangan dalam catatan fosil.

Aktivitas yang membutuhkan ketahanan ini dapat menempatkan mereka dalam risiko kepanasan alias overheating. Karena itu, bulu-bulu hilang, yang akan memungkinkan manusia purba untuk berkeringat lebih efisien dan mendinginkan badan lebih cepat tanpa perlu istirahat.

Adblock test (Why?)



No comments:

Post a Comment