Friday, August 5, 2022

Akademisi UI: Di Sejumlah Segmen Kualitas Air Ciliwung Sudah Bisa Jadi Bahan Baku Air Minum

0 comments

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Johson Sumanjuntak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Rasanto Adi, akademisi sekaligus pemerhati Sungai Ciliwung dan Hutan Kota dari Universitas Indonesia mengungkapkan, kualitas air Sungai Ciliwung di beberapa segmen, makin membaik bahkan bisa digunakan sebagai bahan baku air bersih Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM Jaya). 

“Khusus pada segmen tengah, di Kantor  Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) kondisi air cukup baik, terlihat begitu sehat, menarik, sepanjang tanggul sungai sudah di mural.  Banyak  kegiatan positif di GCB seperti sekolah sungai, olah sampah di tempat dan  musium biota,” ujar Rasanto Adi menjawab pertanyaan media, Kamis (4/8/2022).

Ditegaskan, ini perkembangan menggembirakan, sebab secara historis sungai Ciliwung  mempunyai sejarah peradaban yang punya peran besar di masa lalu.

Keberadaan air di sungai Ciiwung, sejak jaman kolonial dari Sunda Kelapa menuju Bogor sudah dijadikan lalu-lintas pengangkut segala logistik, semua melalui sungai Ciiwung.

Baca juga: Gerakan Ciliwung Bersih: Kualitas Sungai Ciliwung Membaik, Bisa Digunakan sebagai Bahan Baku Air PAM

Bahkan warga tinggal di sekitar bantaran sungai sudah memanfaatkan airnya untuk minum dan cuci-mandi.

Artinya air sungai Ciliwung bukan akhir-akhir ini saja bisa dimanfatkan, namun dalam desakan demografi, pesatnya pertumbuhan segala sektor maka perusahaan air juga turut memanfaatkannya hingga kini.

Rasanto Adi mengungkapkan, di ruas  Jalan Tegar Beriman,  Cibinong Bogor, persis di bawah jembatan, perusahaan air minum (PT.Tirta Khauripan)/PAM juga mulai memanfaatkan air sungai sebagai bahan baku air minum.

Hulu-hilir Mulai Tertata

Rasanto juga membenarkan pernyataan Ditjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan  (KLHK) tahun lalu bahwa kualitas sair Ciliwung di beberapa segmen sudah membaik, sebab  apa yang disampaikan  KLHK sudah melalui verifikasi dan laboratorium yang terakreditasi.

Adblock test (Why?)



No comments:

Post a Comment