Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Jumlah kasus virus corona (Covid-19) di India telah meningkat secara eksponensial selama gelombang kedua.
Pada 18 Juni 2020, India mencatat 11.000 kasus, dan dalam 60 hari berikutnya, rata-rata jumlahnya bertambah menjadi 35.000 kasus baru setiap hari.
Lalu pada 10 Februari 2021, pada awal gelombang kedua, India mengkonfirmasi 11.000 kasus.
Baca juga: Gelombang Kedua Covid-19, India Kekurangan Oksigen, Tempat Tidur Pasien dan Tempat Kremasi
Baca juga: Tak Ingin Seperti India, Langkah Ini Disiapkan Pemerintah untuk Kendalikan Kasus Covid-19
Kemudian dalam 50 hari berikutnya, rata-rata kasus harian mencapai angka sekitar 22.000.
Namun dalam 10 hari berikutnya, jumlah kasus positif pun meningkat secara tajam dengan rata-rata harian mencapai 89.800.
Dikutip dari laman BBC, Rabu (21/4/2021), para ahli mengatakan bahwa peningkatan pesat kasus ini menunjukkan bahwa gelombang kedua menyebar lebih cepat ke seluruh negeri.
Dr A Fathahudeen, yang merupakan salah satu anggota gugus tugas Covid-19 di negara bagian Kerala, India mengatakan bahwa kenaikan itu telah diprediksi sebelumnya.
Karena India lengah saat infeksi harian pada Januari lalu mengalami penurunan menjadi kurang dari 20.000 kasus dari puncak yang sebelumnya mencapai lebih dari 90.000 pada September 2020.
Acara besar keagamaan hingga pembukaan kembali sebagian besar fasilitas publik menjadi faktor yang diduga sebagai penyebab kenaikan angka tersebut.
Dr Fathahudeen mengatakan bahwa dirinya telah menyampaikan peringatan mengenai prediksi lonjakan kasus ini pada Februari lalu.
"Namun kami tidak bertindak bersama, saya katakan pada Februari bahwa Covid-19 belum pergi dan tsunami Covid-19 akan melanda negara ini jika tindakan mendesak tidak segera dilakukan. Sayangnya, saat ini tsunami itu memang benar-benar melanda kami," tegas Dr Fathahudeen.
Menurutnya, banyak orang termasuk pejabat India yang menganggap bahwa pandemi telah selesai.
"Rasa normal yang palsu dirasakan semua orang termasuk pejabat, mereka tidak mengambil tindakan untuk menghentikan gelombang kedua ini," kata Dr Fathahudeen.