Direktur Investasma Hans Kwee mengatakan, ekonomi AS diperkirakan akan tumbuh lebih dari 5% dari perkiraan sebelumnya 4 %. "Pemulihan ekonomi yang cepat berpotensi mendorong inflasi lebih tinggi dan pada akhirnya menaikan suku bunga," kata Hans Kwee di Jakarta.
Baca Juga: Joe Biden Galang Kekuatan G7 Bersatu Hadapi Tantangan China
Selain itu pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari negara lain berpotensi menaikan minat pelaku pasar akan asset berisiko di USA dan menyebabkan USD menguat. Tetapi jangka pendek stimulus akan menyebakan likuditas Dollar yang longgar di pasar keuangan, sehingga berpotensi memperlemah USD terhadap mata uang negara lain.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan, mengambil tindakan agresif untuk mempercepat vaksinasi Covid-19 dan membuat Negeri Paman Sam -julukan AS- bisa pulih pada tanggal 4 Juli 2021. Hal ini lebih cepat dari perkiraan awal dimana Amerika Serikat di perkirakan normal pada Maret 2022.
Biden juga akan memerintahkan seluruh negara bagian, wilayah, dan suku AS untuk membuat semua orang dewasa memenuhi syarat menerima vaksin Covid-19 paling lambat 1 Mei 2020. Hal terjadi setelah Biden mengumumkan akan ada cukup vaksin virus corona untuk semua orang dewasa Amerika pada akhir Mei.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Ekonomi Global Menunjukkan Optimisme
Percepatan ini tidak lepas dari Food and Drug Administration (FDA), memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin COVID-19 dosis tunggal Johnson & Johnson. Ini merupakan vaksin virus Covid 19 ketiga yang disetujui di AS.
Produsen vaksin Merck, pesaing Johnson & Johnson, kemudian setuju untuk membantu memproduksi vaksin yang baru disetujui untuk menggandakan kapasitas bagi warga AS. "Sejauh ini, baru sekitar 10 persen orang Amerika telah divaksinasi penuh," tandasnya.