TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia dilihat dari produk domestik bruto (PDB) secara kuartalan terkontraksi 0,42 persen di triwulan IV 2020.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun 2020 bila dibandingkan dengan triwulan IV tahun-tahun sebelumnya hanya terkontraksi tipis.
"Setiap triwulan keempat pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif karena beberapa hal yang paling nyata misalnya saja masalah musiman untuk sektor pertanian. Di mana puncak musim panennya sudah jatuh di triwulan II," kata Suhariyanto saat paparan virtual, Jumat (5/2).
Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi triwulan IV jika dilihat secara tahunan (year-on-year/yoy) terkontraksi 2,19 persen.
"Sementara itu secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2020 mengalami kontraksi 2,07 persen dibandingkan tahun 2019," papar Suhariyanto.
Baca juga: Sektor Pertanian Tumbuh Positif di Tengah Perlambatan Ekonomi Indonesia
Pria yang karib disapa Kecuk ini juga menyatakan data inflasi pada triwulan IV 2020 sebesar 0,79 persen secara kuartalan, namun dibandingkan dengan posisi Desember 2019 terjadi inflasi 1,68 persen.
Adapun realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Triwulan IV 2020 mencapai Rp732,4 triliun atau naik dibanding realisasi periode yang sama tahun sebelumnya Rp704,22 triliun.
"Realisasi penanaman modal yang teratas di BKPM (PMA dan PMDN) selama triwulan IV 2020 sebear Rp124,7 triliun atau naik sebesar 2,7 persen (q-to-q) dan 3,1 persen (y-o-y)," ujarnya.
Kecuk mengatakan capaian negatif ini tidak hanya dialami Indonesia tetapi beberapa negara lainnya di dunia.
Mitra dagang Indonesia seperti Amerika Serikat tumbuh minus 3,5 persen, Singapura minus 5,8 persen, Korea Selatan minus 1,0 persen, Hongkong minus 6,1 persen, dan Uni Eropa minus 6,4 persen.