Hal itu dinyatakan Fadhli menanggapi pernyataan Petinggi Partai Demokrat yang menuding bahwa penolakan Presiden Jokowi terhadap RUU Pemilu dan sejumlah partai pendukung pemerintah disinyalir untuk menyiapkan Gibran ke kontes Pilkada DKI Jakarta .
"Mungkin-mungkin saja Gibran ikut berkompetisi di Pilkada DKI Jakarta. Kenapa tidak? Toh, dia memiliki modal politik yang besar untuk ikut bertarung," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Minggu (14/2/2021).
Baca juga: Eks Waketum Gerindra: Anies Baswedan Terkuat, Hanya Bisa Disaingi Gibran
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) itu menilai, Gibran berkesempatan merasakan panasnya kompetisi Pilkada DKI Jakarta yang diprediksi berlangsung ketat jika berhadap-hadapan dengan Anies Baswedan sebagai petahana atau Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang disebut-sebut dipersiapkan untuk DKI Jakarta.
Bahkan, Fadhli menganggap, jika sampai Gibran diboyong ke Jakarta, bukan tidak mungkin kehadiran Gibran bisa bikin ketar-ketir Anies dan AHY serta para pendukungnya.
Baca juga: Parpol Koalisi Pemerintah Dituding Setop RUU Pemilu karena Gibran, PKB: Mengada-ada
"Jika betul terjadi, Pilkada DKI akan lebih panas, ketat dan kompetitif. Tidak menutup kemungkinan juga Gibran akan mengikuti jejak bapaknya, pertama kali merasakan ganasnya pertarungan Ibu Kota, karena ini berbeda dengan di Solo, jadi butuh kerja ekstra keras dan strategi jitu untuk menang," ujarnya.
Namun, analis politik UIN Jakarta itu menyarankan agar putra sulung Presiden Jokowi itu tetap fokus menyelesaikan tugasnya sebagai Wali Kota Solo. Gibran harus berhasil mencipatakan legacy, setidaknya untuk dua tahun sampai Pilkada DKI Jakarta dilaksanakan.
Baca juga: Refly Harun Membayangkan Gibran Didorong Jadi Calon Gubernur Jateng
"Naikkan prestasi Kota Solo. Tingkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Syukur-syukur lebihi bapaknya, kan begitu harapan masyarakat Solo. Karena proses tidak akan mengkhianati hasil, sehingga peluangnya tentu akan semakin terbuka," pungkasnya.