
"Sejak bayi aku tinggal sama bibi. Ibu katanya kabur entah kemana sejak aku lahir.Bapak sudah meninggal sejak aku bayi. Aku gak tau wajah mereka," kata Ayu Dian Saputri, sembari menyulangi makanan ke bibir bibinya yang buta dan sudah rentah, Jumat (15/1/2021).
Sehari-hari sejak bangun tidur, Ayu sudah berkemas membersihkan rumah reot berdinding tepas dan beralaskan tanah. Atap dan dinding tampak keropos sehingga mentari surya leluasa menerobos ke dalam rumah. Setelah pekerjaan rumah selesai, Ayu lalu membersihkan bibinya sembari menyulangkan makanan apa adanya. "Kalau makan kami berharap dari pemberian tetanga," kata bocah berparas Ayu ini dengan polos. (Baca juga: Satukan Jawara Melalui Tapak Karuhun, Listyo Angkat Marwah Banteng )
Dengan menuntun bibinya ke dapur, Ayu memperlihatkan beberapa ekor ternak ayam kampung warisan bapaknya yang sudah meninggal dunia sedari dia kecil. Ternak ini menjadi penolong bagi Ayu dan Bibinya untuk dijual dan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. "Sejak sekolah aku nggak pernah merasakan uang jajan," kata Ayu, pelan.
Setiap malam Ayu dan Bibinya merasa sepi, tanpa penerangan dan hiburan. Maklmum, untuk menyambangi Ayu hanya tersedia jalan setapak licin dan becek sejauh 1,5 kilometer.
Di tengah pandemi COVID-19 , Ayu dan bibinya tak pernah merasakan sentuhan bantuan sosial sebagaimana yang didapatkan warga-warga lainnya di Indonesia. Untuk Kartu Keluarga (KK) Ayu juga tak pernah mengenalnya. (Baca juga: SPIP: Pemerintah-Masyarakat Harus Bahu Membahu Bantu Korban Gempa Majene )