Friday, May 22, 2020

KLHK, dan BPPT Lakukan Rekayasa Hujan Buatan di Riau, Ada Apa?

0 comments
Banda Harudin TanjungKLHK, dan BPPT Lakukan Rekayasa Hujan Buatan di Riau, Ada Apa?
Operasi rekayasa hujan buatan digelar di wilayah udara Riau, untuk mengantisipasi terjadinya karhutla. Foto/Dok.SINDOnews

PEKANBARU - Rekayasa hujan buatan untuk membasahi lahan gambut di wilayah Provinsi Riau, dengan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

(Baca juga: 4 Hari PSBB, Pasien Positif COVID-19 Kota Malang Bertambah)

Upaya ini dilakukan atas rekomendasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), karena melihat potensi pembentukan awan hujan masih besar. Rekayasa hujan ini dilakukan KLHK guna mengisi embung, kanal, dan membasahi gambut agar tidak kering saat nanti masuk musim panas yang diprediksi mencapai puncaknya pada periode Juni hingga Agustus.

"Kami mendapatkan instruksi dari Ibu Menteri LHK, gambut harus dibasahi sebagai upaya pencegahan Karhutla di Provinsi Riau. Rekayasan hujan ini bagian dari ikhtiar, selain kerja tim lapangan di darat yang setiap hari selalu melakukan patroli dan ground check hotspot," kata Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Basar Manullang, pada Kamis (21/5/2020).

Dia menjelaskan, rekayasa hujan diperlukan karena melihat mayoritas Titik Pemantauan Tinggi Muka Air Tanah (TP-TMAT) lahan gambut di Provinsi Riau, telah menunjukkan pada level siaga bahkan bahaya.

"Rekayasa hujan ini bagian dari upaya pencegahan, bukan pemadaman. Karena sifatnya pencegahan, maka kita lakukan di musim hujan mumpung masih ada awan hujan," kata Basar.

Diharapkan dengan pasokan air yang cukup di kanal dan embung, serta gambut selalu basah, ancaman Karhutla di Provinsi Riau dapat berkurang.

Pelaksanaan rekayasa cuaca di Provinsi Riau dijadwalkan selama 15 hari kerja, terhitung dari tanggal 14-28 Mei 2020 mendatang. Hingga tanggal 20 Mei di Provinsi Riau, telah dilakukan enam sorti penerbangan dengan total bahan semai NaCl sebanyak 4,8 ton.

Berdasarkan citra satelit TRMM, rekayasa hujan telah menghasilkan 17,1 juta meterkubik air yang turun pada daerah-daerah dengan potensi awan hujan terbesar.

Rekayasa hujan juga mulai berhasil membasahi gambut dengan intensitas sedang hingga sedang yang terjadi di sebagian besar wilayah Riau, seperti di Kabupaten Siak, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Pelalawan dan Indragiri Hilir.

"Rekayasa hujan ini hanya kita lakukan pada daerah tertentu saja, prioritas gambut dan ada awan hujannya. Angka 17,1 juta meterkubik air adalah hasil rekayasa hujan, jadi hujan alami di luar titik wilayah penyemaian tidak kita klaim. Jumlah ini cukup berhasil menaikkan Tinggi Muka Air Tanah atau TMAT dari level bahaya ke aman," jelas Basar.

Selain membasahi gambut sebagai aspek pencegahan, diharapkan dengan adanya tambahan pasokan air di kanal dan embung hasil dari rekayasa cuaca, akan memudahkan tim darat mendapatkan pasokan air untuk melakukan pemadaman bilamana terjadi kebakaran.

KLHK bersama dengan tim satgas lainnya dibantu para mitra, memprioritaskan rekayasa hujan di beberapa provinsi yang sangat rawan Karhutla seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan untuk wilayah Sumatera.

Rekayasa hujan dilakukan dengan pesawat Casa A-2107 milik TNI AU yang membawa garam dan menyemainya di sekitar awan hujan dengan ketinggian sekitar 10.000-12.000 feet.

Menyemai garam dengan mendekati awan jenis Cumulus memiliki resiko tinggi. Kru pesawat akan berusaha secepatnya menyemai garam dan tidak jarang harus berhadapan langsung dengan faktor cuaca yang sulit diprediksi.

Berdasarkan data satelit, jumlah hotspot di Provinsi Riau tanggal 1 Januari-20 Mei 2020, tercatat 271 titik dengan confident 80-100 persen. Jumlah ini menurun bila dibandingkan pada periode sama tahun lalu yang mencapai 503 titik. "Saat ini tidak terdata ada hotspot. Mudah-mudahan kita bisa menjaga dengan kerjasama tim yang solid," imbuhnya.

(eyt)

preload video

Berita Terkait

KOMENTAR (pilih salah satu di bawah ini)

  • Disqus
  • Facebook

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment