Liputan6.com, Wuhan - Ketika Wuhan, kota di China di mana pandemi Virus Corona COVID-19 pertama kali ditemukan, mengadakan kampanye pengujian besar-besaran, beberapa warga yang memadati pusat-pusat tes menyatakan keprihatinan mereka bahwa tindakan pengujian yang dilakukan dapat memaparkan mereka pada virus.
Keselamatan kemudian menjadi topik hangat di sejumlah media sosial di antara 11 juta penduduk Wuhan, ketika mereka berkumpul di tempat uji terbuka di klinik dan fasilitas lainnya ketika hendak melakukan pengujian tes Virus Corona baru. Demikian seperti mengutip Channel News Asia, Sabtu (16/5/2020).
Namun, banyak yang mengatakan bahwa mereka mendukung kampanye sukarela.
"Beberapa orang menyatakan kekhawatiran mereka dalam kelompok (media sosial) tentang tes yang dilakukan, yang mengharuskan orang untuk mengelompokkan, dan apakah ada risiko infeksi," kata seorang warga Wuhan yang meminta tidak disebutkan namanya.
"Tetapi yang lain membantah kekhawatiran itu, dan mengatakan komentar seperti itu tidak mendukung pemerintah," ujarnya lagi.
Skala pengujian yang belum pernah terjadi sebelumnya menunjukkan tingkat kekhawatiran resmi dari beberapa ahli. Sedangkan yang lain mengatakan itu adalah pengujian yang sangat berisiko dan mempertanyakan efektivitasnya.
Di sebuah kios pengujian di distrik Jianghan di pusat Wuhan, seorang sukarelawan sedang berpatroli dan menyemprotkan desinfektan pada antrean warga yang mengular.
Sulit Menjaga Jarak
Banyak orang mempraktikkan aturan jarak sosial, seperti jarak antrian 1 m, dan ada tanda-tanda dari otoritas untuk mengingatkan mereka. Tetapi banyak juga yang tidak. Dalam beberapa kasus, pekerja sukarela yang bertugas tidak memaksa mereka untuk patuh.
Di kios pengujian terbuka lainnya, di mana swab test dilakukan, stiker kuning dan hitam di tanah mencegah orang berkumpul.
Namun di belakang antrian panjang, sekitar 40 orang berkumpul tanpa teguran dari petugas atau sukarelawan.
Warga mengatakan pihak berwenang belum memberi tahu mereka kapan mereka akan mendapatkan hasil tes mereka.
Hingga kini, China telah mengkonfirmasi 82.941 kasus COVID-19 pada hari Jumat dan 4.633 kematian. Pemerintah tidak memasukkan orang yang ditemukan sebagai pembawa virus tanpa gejala dalam penghitungannya dan tidak menerbitkan jumlah kumulatif dari kasus tanpa gejala.