TRIBUNNEWS.COM – Menurut data terbaru, mitra pengemudi Grab ternyata mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan layanan GrabFood di Indonesia. Hal ini terlihat dari penelitian Tenggara dan CSIS Institute pada tahun 2020 yang menemukan bahwa seiring dengan pertumbuhan bisnis mitra merchant GrabFood, mitra pengemudi GrabBike melihat adanya kesempatan pendapatan yang lebih tinggi dari besarnya permintaan layanan pengantaran makanan.
Putuskan Berhenti Jadi Buruh Kasar, Benedi Kini Jadi Driver Jempolan
Salah satu peningkatan pendapatan dialami oleh Benedi, seorang mantan buruh kasar yang kini punya hidup lebih layak sejak menjadi mitra pengemudi Grab di Surabaya. Laki-laki paruh baya kelahiran Bojonegoro berusia 47 tahun ini memutuskan bekerja di Malang karena banyak mendapat pelanggan mahasiswa mengingat banyaknya universitas di daerah tersebut.
“Alhamdulillah enjoy. Yang penting kerja niat dan sungguh-sungguh maka hasilnya juga maksimal,” katanya.
Keuletan Benedi pun membuahkan hasil. Dalam satu hari, Benedi mampu mendapatkan pemasukan sebesar ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Maka tidak heran jika kakek seorang cucu ini mampu menjadi Pemenang Raja Gacor Nasional dengan penghasilan tertinggi pada tahun 2019.
Bahkan Benedi juga mendapat apresiasi dari Grab sebagai pemenang impian umrah dalam program Liga Mitra Nasional pada tahun 2019 lalu, dimana pemenangnya akan mendapatkan kesempatan ibadah umroh gratis atau liburan ke Turki bersama pasangannya.
“Alhamdulillah, saya sudah berangkat umroh dengan istri saya bulan November 2019 kemarin. Saya benar-benar tidak menyangka, selain kehidupan keluarga saya semakin baik saya juga mendapat kesempatan untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci,” tuturnya.
Kegigihan Benedi, ditambah semangat dan kejelian melihat peluang, membuatnya sukses mengubah nasib dari seorang kuli kasar menjadi driver jempolan. Kini, Benedi sudah mulai mempersiapkan jaminan masa tuanya. Penghasilan sebagai mitra GrabCar yang dikumpulkan, ia gunakan untuk membeli bibit-bibit tanaman di desa.
“Karena hasil dari Grab ini juga bisa saya gunakan sebagai modal usaha lain, nanti, saat saya sudah memutuskan untuk pulang dan menetap di desa,” imbuhnya.
Tak hanya itu saja, Benedi merupakan satu dari jutaan wirausahawan mikro yang tergabung dalam ekosistem Grab di Indonesia.
Kisah Dewi: Dari Pekerja Kantoran Menjadi ‘Ratu Aspal’
Selain Benedi, ada juga Ika Dewi, mitra Pengemudi GrabBike dan GrabFood asal Surabaya. Perempuan kelahiran Surabaya 32 tahun silam ini mulai aktif mencari order dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 21.00 malam.
Tak sekedar mencari nafkah, Dewi memiliki target yang harus dicapai oleh dirinya sendiri. Contohnya, jika ia berangkat kerja pukul 06.00 pagi maka hari itu ia harus bisa mendapatkan uang minimal Rp200.000.
“Kalau bisa lebih kenapa tidak diusahakan. Selagi saya tidak sakit parah saya akan tetap bekerja. Bagi saya kerja itu penting, karena anak butuh biaya,” imbuhnya.
Menurut Dewi, menjadi mitra pengemudi GrabBike memiliki banyak manfaat dan keuntungan. Salah satunya adalah yang Dewi lakoni. Ia bisa bekerja menjadi driver sambil berjualan.
Dewi membuat jadwal untuk dirinya sendiri. Selama hari Senin sampai Jumat, ia bekerja full menjadi mitra pengemudi. Sedangkan di hari Sabtu ia ambil libur yang biasanya digunakan untuk istirahat. Sedangkan di hari Minggu, ia gunakan untuk berjualan.
“Dari awal memang sudah berencana kalau ada sisa uang penghasilan nge-Grab bakal dijadikan modal usaha. Saya juga berpikir, usia seseorang itu semakin lama semakin tua. Saya tidak bisa selamanya menjadi driver karena tenaga saya pasti menurun nantinya. Tapi saya senang sekali di usia 32 tahun ini saya dipertemukan dengan Grab. Saya bisa mencari nafkah untuk anak dan keluarga saya. Pilihan yang tepat untuk saya yang seorang orangtua tunggal,” pungkasnya.
Dari kisah dua mitra Grab di atas menunjukkan bahwa masyarakat telah menjadikan Grab sebagai andalan mereka dalam mencari nafkah dan membantu mereka untuk meraih kehidupan lebih baik.