TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Gempa tektonik terjadi di wilayah Samudera Hindia Selatan Bali-Nusa Tenggara, Kamis (19/3/2020) pada pukul 00.45 WIB.
Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan gempa bumi tersebut berparameter awal dengan magnitudo (M) sebesar 6,6 skala richter yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,3 skala richter.
Dengan kedalaman yang mencapai 10 Km, adapun episenter guncangan gempa tektonik ini terletak pada koordinat 11.4 LS dan 115.04 BT, tepatnya berlokasi di laut pada jarak 305 Km arah Selatan Kota Denpasar, Bali.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault).
Selain di Denpasar, dampak dari guncangan gempa bumi ini dirasakan di Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Barat, Kota Mataram IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), Kuta, Sumbawa Barat, Sumbawa, Bima, Dompu, Lombok Utara III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan truk berlalu).
Sampai saat ini belum ada laporan yang masuk terkait kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.
Selain itu, hasil permodelan yang diperoleh pihak BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.
Hingga pukul 04.52 WIB, setidaknya 9 kali gempa bumi susulan sudah terjadi dengan rerata magnitudo sebesar 3 Skala Richter.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Serta periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, atau tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Gempa 6.6 SR di Selatan Bali Dini Hari Tadi Terasa Sampai Lombok, Ini Analisis BMKG