Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun 1 persen pada hari Jumat karena data pekerjaan AS yang kuat. Hal ini sekaligus mempengaruhi rencana Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga dan mendorong permintaan untuk aset berisiko.
Pertumbuhan lapangan kerja di AS meningkat paling besar dalam 10 bulan di bulan November, membenarkan bahwa ekonomi tetap tumbuh moderat meskipun terjadi penurunan manufaktur yang berkepanjangan.
Dikutip dari CNBC, Sabtu, harga emas di pasar spot tergelincir 1 persen menjadi USD 1,461.01 per ounce. Emas berjangka AS ditutup turun 1,1 persen pada USD 1,465.1 per ounce.
"Laporan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan telah merusak permintaan untuk produk safe-haven seperti emas," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Data pekerjaan mendorong penguatan dolar, sementara indeks saham berjangka AS melonjak karena pembacaan ekonomi positif menambah sentimen optimis setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pembicaraan perdagangan dengan China akan belanjut hingga Pilpres 2020.
Dalam sikap positif, Cina mengatakan akan menghapuskan tarif impor untuk beberapa pengiriman kedelai dan babi dari Amerika Serikat. Ini juga mempengaruhi harga emas.
Pertemuan The Fed
Ke depan, fokus pasar adalah pada pertemuan Fed pada hari Selasa dan Rabu minggu depan. Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada 1,50 persen hingga 1,75 persen.
"Laporan (pekerjaan) diluar duggaab membuat kubu kebijakan moneter AS yang tidak ingin melihat suku bunga naik dalam waktu dekat, dan itu memberikan sentimen bearish untuk pasar logam," kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.
"Di sisi teknis, penutupan di bawah area USD 1.460-65 dapat membuka emas hingga level terendah USD 1.445-47 November, dan lebih dari itu menuju area stagnan di USD 1.400 - USD 1.420 selama musim panas," kata Tai Wong, kepala logam dasar dan logam mulia perdagangan derivatif di BMO.