Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melonjak lebih dari 1 persen pada hari Selasa (3/12). Lonjakan ini terjadi di tengah memudarnya optimisme seputar kesepakatan perdagangan AS-China setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan negosiasi dapat diperpanjang hingga setelah pemilihan presiden pada November 2020.
Dikutip dari CNBC, harga emas di pasar spot naik 1,12 persen menjadi USD 1,478.72 per ounce, setelah menyentuh $ 1,481.80, tertinggi sejak 7 November 2019. Emas berjangka AS juga naik 1,1 persen pada USD 1484,4 per ounce.
“Pasar saham lebih rendah dan ada lonjakan harga emas yang saat ini dainggap paling aman. Harga emas naik dengan apa yang dikatakan Trump tentang China-AS,” kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
"Semua tanda menunjuk ke arah pergerakan harga emas di atas USD 1,485 lagi yang cukup untuk mendorongnya di atas USD 1.500," tambahnya.
Trump mengatakan kesepakatan perdagangan dengan China mungkin akan ditunda sampai setelah pemilihan November 2020. Ini memupus harapan bahwa kesepakatan dapat dicapai sebelum putaran kenaikan tarif lain berlaku pada 15 Desember 2019.
Harga Emas Sudah Naik 15 Persen
Harga emas telah naik hampir 15 persen tahun ini karena perselisihan tarif yang berlarut-larut, yang telah memberikan sentimen kekhawatiran resesi dan mendorong bank sentral di seluruh dunia untuk menurunkan suku bunga.
Lebih lanjut, risiko lain, Washington juga mengancam bea atas barang-barang Prancis soal pajak layanan digital. Hal ini dapat membahayakan perusahaan teknologi AS., di mana Prancis dan Uni Eropa mengatakan mereka siap untuk membalas, jika ancaman itu terwujud.
Harga Emas Bakal Tembus USD 1.500 per Ounce di 2020
Harga emas akan tetap didukung sepanjang tahun depan karena ketidakpastian perdagangan dan pertumbuhan global, kata ING dalam Outlook Komoditas 2020-nya.
Dikutip dari Kitcho, The Dutch bank’s memperkirakan perdagangan emas jauh di atas lantai baru USD 1.450 per ons sepanjang tahun 2020 tetapi tidak melihatnya naik jauh di atas USD 1.500 per ons.
"Di 2020, ketidakpastian seputar pembicaraan perdagangan dan pertumbuhan global kemungkinan akan tetap menjadi pendorong utama,” kata kepala strategi komoditas ING Warren Patterson dan ahli strategi komoditas senior Wenyu Yao dalam laporannya.
Di Q1, bank memiliki perkiraan rata-rata emas di USD 1.500 per ons, kemudian turun menjadi USD 1.470 di Q2 dan Q3, dan akhirnya naik ke USD 1.480 di Q4.
"Kami saat ini memperkirakan bahwa harga emas akan rata-rata sekitar USD 1.475 / ons selama tahun 2020," kata laporan ING.
Potensi kenaikan emas lebih lanjut akan tergantung pada seberapa sentimen Federal Reserve tentang langkahnya tahun depan.
“Sebagai hasil dari ketidakpastian perdagangan dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan global, kami melihat kenaikan harga emas dari level saat ini. Sementara jika Fed AS berubah semakin dovish, ini hanya memberikan kenaikan lebih lanjut,” tulis laporan itu.
Prospek 2020 didasarkan pada kinerja solid logam kuning tahun ini, yang melihat harga naik 21 persen.
“Kekuatan ini seharusnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat ketidakpastian yang tumbuh di ekonomi global, dengan pertumbuhan yang melambat dan meningkatnya ketegangan perdagangan. Faktor-faktor ini telah meningkatkan daya tarik untuk aset safe haven seperti emas. Selain itu, kebijakan yang lebih dovish dari bank sentral juga telah memberikan dukungan kepada emas,” kata ahli strategi.