![](https://pict.sindonews.net/dyn/850/pena/news/2025/02/13/33/1528999/rusia-diskon-minyak-besarbesaran-china-dapat-tawaran-menggiurkan-dfp.jpeg)
loading...
Sebuah foto udara menunjukkan sebuah kapal tanker minyak mentah di sebuah terminal minyak di lepas pantai pulau Waidiao di Zhoushan, provinsi Zhejiang, China pada 4 Januari 2023. FOTO/China Daily via Reuters
Sanksi tersebut menargetkan perusahaan-perusahaan besar seperti Gazprom Neft dan Surgutneftegaz, lebih dari 180 kapal tanker minyak yang mengangkut minyak mentah dari Rusia, Iran, dan Venezuela serta perusahaan asuransi yang terlibat dalam logistik minyak.
Akibat sanksi tersebut dan lonjakan harga minyak global, China untuk sementara menghentikan pembelian minyak mentah Rusia. Meski begitu, China tetap menjadi salah satu pembeli terbesar minyak Rusia pada 2024. Seiring dengan sanksi baru yang diterapkan AS, biaya pengiriman minyak mentah Rusia ke China meroket hingga lima kali lipat.
Biaya pengiriman awalnya sebesar USD1,5 juta pada awal Januari, kini melonjak menjadi USD7 juta di akhir bulan tersebut. Lonjakan biaya ini membuat pengusaha China semakin kesulitan dan mendorong mereka untuk mencari alternatif pasokan dari negara-negara di Timur Tengah, Afrika, dan Amerika.
Minyak mentah ESPO dikenal memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan jenis Ural dan biasanya diperdagangkan dengan harga premium, terutama di pasar Asia. Pada pengiriman minyak mentah ESPO dari pelabuhan Kozmino di Timur Jauh Rusia, harga premium pada Maret dijual dengan selisih sekitar USD2-USD3 per barel dibandingkan dengan harga Brent. Namun, pada Januari harga premium ini mencapai lebih dari USD5 per barel.
Minyak yang dikirim dengan kapal tanker yang terkena sanksi, ditawarkan dengan potongan harga lebih besar. Meskipun demikian, perusahaan penyulingan milik China sejauh ini enggan menandatangani kontrak pasokan ESPO untuk Februari mengingat risiko dan potensi konsekuensinya.
Sejumlah pedagang dan penjual mulai mempertimbangkan untuk menggunakan terminal minyak yang kurang dikenal atau memindahkan muatan di luar provinsi Shandong sebelum memindahkannya ke kapal tanker lain, guna menghindari sanksi. Namun, langkah ini dapat mengurangi pengawasan pemerintah dan menambah biaya yang tinggi, yang tidak dapat ditanggung oleh banyak kilang.
Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina, China terus memperkuat hubungan ekonomi dengan Rusia meskipun Beijing membantah tuduhan bahwa mereka mendukung upaya militer Moskow secara langsung. Meskipun begitu, sektor bahan bakar fosil Rusia tetap menjadi pendorong utama ekonomi Rusia di tengah perang skala penuh melawan Ukraina.
Namun, tekanan ekonomi yang semakin besar memaksa banyak lembaga keuangan China untuk mengurangi transaksi dengan Rusia, karena takut terkena sanksi sekunder dari AS dan negara-negara Barat.
(nng)