Friday, December 3, 2021

Memilukan! Dihimpit Kemiskinan, Bocah 9 Tahun Harus Banting Tulang Jadi Pemulung

0 comments

Leon (9) pelajar kelas tiga di SD Negeri 2 Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, harus rela menjai pemulung karena himpitan kemiskinan. Foto/Dok. Tagana Kabupaten Pangandaran

PANGANDARAN - Kemiskinan yang menghimpit salah satu keluarga di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, membuat Leon harus menjadi pemulung. Anak usia sembilan tahun tersebut, menjadi salah satu pelajar di bangku kelas tiga SD Negeri 2 Babakan.

Baca juga: Trenyuh Lihat Keluarga Pemulung, Kapolres Bungo Janji Didik Gadis Ini Jadi Polwan

Warga Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat tersebut, terpaksa tinggal bersama kakenya setelah orang tuanya bercerai. Sementara kakenya sudah lanjut usia, dan tidak mampu untuk bekerja lagi.

Leon melakukan aktivitas menjadi pemulung selepas sekolah hingga larut malam, dengan bekal sebuah karung. Saat sedang berteduh menghindari hujan di sekitar Taman Tugu Marlin Pangandaran, sekitar pukul 22.00 WIB Leon ditemukan kedinginan oleh Tim Tagana.

Baca juga: Lahar Gunung Merapi Terjang Magelang, 1 Orang Masih Hilang dan Sejumlah Kendaraan Tertimbun

"Kami bawa dia ke Mako Tagana, dan diminta keterangan lalu diantar pulang," kata anggota Tagana Kabupaten Pangandaran, Nana Suryana, Kamis (2/12/2021). Leon tinggal bersama kakeknya di Dusun Bojongkarekes RT 2 RW 13 Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran.

"Rupanya dia setiap hari memungut rongsokan hingga larut malam, dengan rute jalan Raya Babakan-Pangandaran hingga ke wilayah Cikembulan," jelas Nana Suryana. Jarak yang cukup jauh dari rumah kakeknya dan sangat berisiko bagi seorang anak, tidak membuat langkah Leon surut.

Baca juga: Penambangan Ilegal di Sukabumi Makan Korban, 2 Orang Tewas Tertimbun Longsor

"Aktivitas memulung barang rongsokan tersebut, dilakukannya atas kemauan dia tanpa ada yang menyuruh," tutur Nana Suryana. Hasil dari memungut barang bekas, dijualnya kembali untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

"Kami menilai aktivitas ini sangat berisiko, dan mengancam keamanan anak. Selain itu juga sangat tidak wajar," papar Nana Suryana. Dia berharap, pihak terkait bisa mencari solusi agar anak usia sembilan tahun itu tidak meneruskan kebiasaan tersebut.

(eyt)

Adblock test (Why?)



No comments:

Post a Comment