Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) Djoko Setijowarno menilai, perhitungan pada awal pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung kurang cermat. Alhasil, menyebabkan adanya pembengkakan biaya.
Baca juga: Gegara Dituding Dukung Radikalisme, Kuntjoro Pinardi Pilih Lepas Jabatan Direksi PT PAL
“Mungkin pada saat awal perhitungannya kurang cermat ya. Biasanya kan hanya menghitung biaya konstruksi saja, namun belum memperhitungkan biaya operasional. Bisa jadi selama ini yang jadi leading dari perusahaan BUMN karya yang tentunya mereka lebih fokus pada persoalan teknis,” ujarnya dalam acara Market Review IDX Channel, Senin (26/4/2021).
Dia mengatakan, kereta cepat dianggap sebagai kereta yang baru untuk Indonesia. Sehingga, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang juga baru.
“Dalam perjalanannya saya kira mereka baru mulai menghitung berapa kira-kira kebutuhan SDM yang diperlukan, kemudian untuk persiapan apa saja ke arah sana, termasuk juga dalam pengembangan IT-nya nanti,” kata Djoko.
Baca juga: Selain Neno Warisman, Ini Tokoh Perempuan yang Gabung Partai Ummat
Akan tetapi, menurut Djoko, pergantian direksi PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) oleh profesional dari BUMN perkeretaapian merupakan langkah yang tepat.
“Saya kira ini tepat sekali karena sudah mau mengarah operasional sehingga bisa menggandeng PT Kereta Api juga nantinya. Dengan adanya direksi umpanya dari PT Kereta Api, berharap bahwa ini akan terjadi efesiensi dalam penganggaran dan tidak terjadi pembengkakan,” terang dia.