Dilansir BBC, Erdogan kembali menggantikan pemimpin bank sentral Turki untuk ketiga kalinya dalam kurun waktu dua tahun dan menjadi langkah yang mengejutkan. Agbal yang ditunjuk pada bulan November, telah menaikkan suku bunga untuk melawan tingkat inflasi yang berjalan di atas 15%.
Baca Juga: BI: Aliran Modal Asing Masuk Sepekan Rp3,81 Triliun
Pemecatan ini telah mengejutkan investor lokal dan asing yang telah memuji kebijakan moneter bank sentral Turki baru-baru ini. Lira Turki sebelumnya merupakan salah satu mata uang emerging market terbaik pada tahun 2021, setelah pulih hampir seperlima dari posisi terburuknya melawan dolar Amerika Serikat (USD).
Pekan lalu, mata uang Turki naik menguat setelahAgbal meningkatkan suku bunga sebesar 2 poin secara persentase, dua kali lipat dari yang diharapkan para ekonom. Investor telah menyerukan kebijakan moneter yang lebih ketat di Turki untuk menjinakkan tingginya tingkat inflasi karena harga naik dengan cepat di negara itu.
Sekarang ada kekhawatiran bahwa keputusan Erdogan untuk menunjuk Sahap Kavcioglu menggantikan peran singkat Agbal diyakini memberikan sentimen negatif. Kavcioglu merupakan profesor perbankan yang tidak begitu dikenal serta merupakan mantan anggota parlemen dari partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa.
Baca Juga: Risiko Besar, Penerbitan Mata Uang Digital Butuh Persiapan Matang
Ia kerap dikenal sebagai orang yang menentang suku bunga tinggi sebagai cara melawan inflasi. Suku bunga Turki berada di level 19% yang telah menarik investor asing untuk memarkir uang tunai mereka dalam mata uang.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, bank sentral mengatakan pihaknya "akan terus menggunakan alat kebijakan moneter secara efektif sejalan dengan tujuan utamanya untuk mencapai penurunan inflasi secara permanen".