TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zweli Mkhize, mengatakan membatalkan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca, sebagai gantinya akan beralih ke vaksin dari Johnson & Johnson (J&J).
Negara paling parah dilanda pandemi di Afrika itu menangguhkan peluncuran vaksin Oxford-AstraZeneca pekan ini, setelah sebuah penelitian menemukan bahwa suntikan AstraZeneca gagal mencegah infeksi ringan dan sedang dari varian baru virus corona.
Untuk diketahui, varian baru virus corona yang ditemukan di Afrika Selatan dijuluki 501Y.V2.
Mengutip Al Jazeera, penundaan vaksinasi di Afrika Selatan membuat pihak terkait menunda rencana ambisius mereka untuk menyuntik sekitar 40 juta orang pada akhir 2021.
Baca juga: Afrika Selatan Hentikan Suntikan Vaksin AstraZeneca karena Temuan Varian Baru Virus Corona
Baca juga: Jutaan Vaksin AstraZeneca Akan Tiba di Indonesia pada Kuartal I 2021, Bisa untuk Lansia
"Mengingat hasil dari studi khasiat akan melanjutkan dengan vaksinasi tahap pertama yang direncanakan menggunakan vaksin Johnson & Johnson daripada vaksin AstraZeneca," kata Mkhize pada jumpa pers pada Rabu (10/2/2021).
"Vaksin Johnson & Johnson telah terbukti efektif melawan varian 501Y.V2," tegas Zweli Mkhize.
Dia tidak mengatakan kapan vaksinasi akan dimulai.
Baca juga: Pasien Kanker Padat Diminta Dimasukkan di Program Vaksinasi Covid-19
Satu Juta Vaksin AstraZeneca Kadaluarsa Akhir April
Pejabat terkait juga memutuskan nasib lebih dari satu juta vaksin Oxford-Astra yang telah diamankan dari Serum Institute of India (SII).
Jutaan vaksin itu dilaporkan akan kadaluwarsa pada akhir April, meski tanggal tersebut berpotensi disesuikan.