Pada zaman Rasululullah Shallallahu alaihi wa sallam dan shahabat, banyak kisah istri-istri Rasulullah yang berbicara dengan para shahabat. Misalnya ketika memberi jawaban atas suatu pertanyaan tentang Islam. Setelah Rasulullah wafat, Aisyah radhiyallahu'anha atau sang Ummul Mukminin juga menjadi guru bagi para shahabat.
(Baca juga : Amalan Ringan Ini, Pahalanya Mengalir Terus Hingga Hari Kiamat)
Dalam melakukan percakapan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, kita bisa meneladani sikap para istri nabi. Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ ۚ إِنِ ٱتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِٱلْقَوْلِ فَيَطْمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلْبِهِۦ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,"(QS Al-Ahzab : 32)
Ayat itu menjelaskan tentang adab saat berbicara dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Baik secara langsung, maupun via teks atau media sosial. Untuk menjaga diri dari fitnah, hendaknya perempuan dan laki-laki yang berdialog atau berkirim pesan dengan lawan jenis bukan muhrim bisa menjaga diri.
(Baca juga :Di Rumah Tak Menghalangi Perempuan Tetap Produktif)