Saturday, February 3, 2024

Tarif Transportasi Turun, Jakarta Catatkan Deflasi Awal Tahun 2024

0 comments

loading...

Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jakarta Arlyana Abubakar. Foto: Ist

JAKARTA - Menurunnya tarif transportasi pada awal tahun 2024 membuat Jakarta mencatatkan deflasi pada Januari 2024. Catatan ini menjadi nilai positif di awal tahun ini.

"Jakarta mencatatkan deflasi sebesar 0,19% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi 0,50% (mtm)," kata Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jakarta Arlyana Abubakar, Jumat (2/2/2024).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), deflasi yang terjadi di Jakarta bersumber dari kelompok transportasi serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Di sisi lain, beberapa kelompok seperti penyediaan makanan dan minuman/restoran serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi serta menjadi penahan deflasi lebih lanjut.

"Secara tahunan, Jakarta mengalami inflasi sebesar 1,83% (yoy) menurun dibandingkan Desember 2023 (2,28%, yoy) serta lebih rendah dari inflasi nasional (2,57%, yoy)," ucapnya.

Sementara, sumbangan deflasi pada bulan lalu bersumber dari kelompok transportasi sebesar 2,16% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,84% (mtm).

Torehan ini disebabkan terutama menurunnya tarif angkutan udara sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat setelah Hari Raya Natal dan Tahun Baru serta penurunan harga bensin sejalan penyesuaian harga BBM nonsubsidi oleh pemerintah pada 1 Januari 2024.

Hal sama juga terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga mencatat deflasi sebesar 0,06% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu yang mengalami inflasi (1,55% mtm).

Begitu juga dengan penurunan harga telur ayam ras, cabai merah, dan cabai rawit sejalan dengan meningkatnya pasokan akibat berlangsungnya panen raya di wilayah sentra.

"Meskipun demikian, terdapat beberapa komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi yaitu tomat yang disebabkan tingginya curah hujan dan beras seiring masih tingginya harga gabah di tingkat domestik serta realisasi impor yang belum optimal," jelas Arlyana.

Adblock test (Why?)



No comments:

Post a Comment