
loading...
Daniel Kovalik, profesor hak asasi manusia internasional di Fakultas Hukum Universitas Pittsburgh kepada Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Foto/media.un.org
Menurut Kovalik, ketika senjata ini berhasil dikirim ke pasukan Ukraina, mereka sering digunakan untuk menembaki warga sipil di Donbass.
Berbicara pada pertemuan DK PBB untuk membahas pengiriman senjata Barat ke Ukraina, Kovalik mengklaim senjata ini berisiko dimiliki pengguna yang tidak diinginkan, termasuk penjahat.
“Namun, bahkan ketika senjata diberikan kepada orang yang tepat, itu belum tentu berakhir di tempat yang tepat,” ujar dia.
Baca juga: Cegah Migrasi Ilegal, Turki-Bulgaria Kerja Sama Kelola Keamanan Perbatasan
Dia mencatat Kiev telah mulai menembaki republik Donbass sejak tahun 2014.
Profesor itu mengatakan dia baru saja menghabiskan seminggu di kota Donetsk dan menyaksikan serangan Ukraina terhadap sasaran sipil yang melibatkan penggunaan senjata Barat yang, tampaknya, telah dikirim "ke tangan yang tepat."
Pengacara itu ingat bahwa dia telah melihat dengan matanya sendiri bagaimana pasukan Kiev telah menembaki sekolah lokal, stadion, dan fasilitas air.
“Tentu saja, air di Donetsk sangat mahal,” ujar dia, seraya menambahkan bahwa sistem penyaringan air kota telah dihancurkan pasukan Ukraina.