Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM , JAKARTA - Kondisi tulang yang rapuh atau patah (osteoporosis) tentunya menciptakan kekhawatiran bagi para perempuan yang telah memasuki usia 30 tahun.
Karena pada usia tersebut, penurunan massa atau kepadatan tulang pun mulai terjadi.
Penelitian yang dilakukan International Osteoporosis Foundation menunjukkan risiko perempuan untuk terkena penyakit ini 4 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Sementara menurut Infodatin Kementerian Kesehatan yang dilakukan pada 2020, nantinya pada 2050, diperkirakan ada 6,3 juta orang di seluruh dunia akan mengalami patah tulang pinggul per tahunnya, lebih dari setengahnya terjadi di benua Asia.
Di kawasan Asia Tenggara, osteoporosis tidak hanya berdampak parah pada kualitas hidup dan kemandirian penderitanya, namun juga menjadi beban sosial serta ekonomi yang cukup besar bagi individu, komunitas maupun sistem kesehatan masyarakat.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, Dr. dr. Luciana B Sutanto, MS., Sp.GK., mengatakan osteoporosis adalah penyakit yang menunjukkan hilangnya kepadatan pada tulang hingga akhirnya mengalami kerapuhan.
Baca juga: Cegah Osteoporosis, Penyanyi Raisa Sadari Pentingnya Jaga Kesehatan Tulang
Baca juga: Jadi Kelompok Berisiko Osteoporosis, Ini Rangkaian Edukasi Wujudkan Lansia Bugar dan Tetap Produktif
Saat seseorang mengalami kondisi seperti ini, aktivitas ringan seperti membungkuk atau batuk pun dapat menyebabkan patah tulang.
"Fraktur terkait osteoporosis paling sering terjadi di pinggul, pergelangan tangan atau tulang belakang. Proses osteoporosis berlangsung dalam jangka panjang, sehingga terkadang penderitanya tidak menyadarinya, sampai kerusakan benar-benar terjadi tanpa gejala (silent disease)," ujar Dr. Luciana, dalam virtual Media Briefing bertajuk 'Prevent Osteoporosis in HER 30s: I Am Smarter, Stronger, Happier', Selasa (19/10/2021).
Ia menambahkan, osteoporosis memang sering dikaitkan dengan orang-orang berusia lanjut, namun ternyata penyakit ini bisa menyerang siapapun.