Dua puluh tahun kemudian, AS menarik diri dari Afghanistan. Visi kemenangan AS sepertinya telah lama menghilang dan Taliban akhirnya kembali berkuasa di Afghanistan. Negeri itu terbukti menjadi pelajaran dalam batas kekuatan militer Amerika.
Baca: AS dan Taliban Tatap Muka Pertama Kali sejak Amerika Hengkang dari Afghanistan
Dalam bukunya, “The American War in Afghanistan, A History,” Carter Malkasian, mantan penasihat pemimpin senior militer AS di Afghanistan dan Washington, mengatakan, salah satu alasan kegagalan upaya AS adalah pengaruh Islam dan perlawanan terhadap warga asing. Menurutnya, itu adalah faktor-faktor yang tidak dipahami dengan baik oleh orang Amerika.
“Kehadiran orang Amerika di Afghanistan menginjak-injak apa artinya menjadi orang Afghanistan,” tulisnya, seperti dilansir Japan Today, Sabtu (16/10/2021).
“Itu mendorong pria dan wanita untuk membela kehormatan mereka, agama mereka, dan rumah mereka. Itu menantang para pemuda untuk bertarung. Ini menghidupkan Taliban. Itu melemahkan keinginan tentara dan polisi Afghanistan," sambungnya.
Baca: Amerika Serikat Ledakkan Pos Militer CIA Terakhir di Afghanistan
Militer AS mungkin telah kehilangan kesempatan untuk menstabilkan Afghanistan di tahun-tahun awal setelah menggulingkan Taliban, yang telah menjalankan negara itu sebagai paria internasional sejak tahun 1996. Tetapi, pertanyaan yang lebih besar adalah apakah militer AS, setelah keberhasilan awalnya, salah memilih peran utama dalam membawa Afghanistan dari kekacauan menuju stabilitas.
Menurut Malkasian, militer AS tidak sepenuhnya berperang dengan caranya sendiri. Ini beroperasi melalui arah sipil. Meskipun para pemimpin sipil mungkin dituduh telah melampaui visi membangun Afghanistan menjadi negara demokrasi yang mampu mempertahankan dirinya sendiri, militer akhirnya mencapai tujuan itu.