BEIJING - Kapal perusak berpeluru kendali milik Amerika Serikat (AS) USS Mustin diusir dari wilayah Laut China Selatan. Pengusiran yang ditandai tembahan rudal pembunuh kapal induk itu dilakukan militer China lantaran marah kapal AS tersebut masuk wilayah tanpa izin. Baca : Aksi China Picu Kemarahan Vietnam : Membahayakan Perdamaian
Insiden ini pun menimbulkan ketangangan antar kedua negara. Juru bicara komando wilayah Selatan militer China, Li Huamin mengumumkan kapal perusak berpeluru kendali milik AS USS Mustin telah masuk tanpa izin ke perairan teritorial China di lepas pantai Kepulauan Paracel. Menanggapi manuver kapal perang AS, Li mengatakan pihaknya telah memanggil gabungan angkatan laut dan udara untuk memperingatkannya.
Li mengeluarkan peringatan keras kepada pasukan AS yang beroperasi di wilayah yang diperebutkan itu. Ia menegaskan kembali kedaulatan tidak terbantahkan China atau pulau-pulau di Laut China Selatan dan perairan sekitarnya.
Baca Juga:
"Ini telah sangat merusak kedaulatan dan kepentingan keamanan China serta tatanan navigasi internasional di Laut China Selatan," kata Li. Baca Juga : Biden dan Trump Kutuk Perlakuan China Terhadap Muslim Uighur
"Kami mendesak Amerika Serikat untuk segera menghentikan tindakan provokatif semacam itu, secara ketat mengontrol operasi militer angkatan laut dan udara, dan secara ketat membatasi perilaku angkatan laut dan udara garis depan untuk menghindari kecelakaan," imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Jumat (28/08/2020).
Tetapi AS mengabaikan peringatan ini. Juru bicara Armada Pasifik AS James Adams mengatakan kepada Newsweek bahwa USS Mustin menegaskan hak navigasi dan kebebasan di sekitar Kepulauan Paracel, sesuai dengan hukum internasional.
"Operasi kebebasan navigasi (FONOP) ini menjunjung tinggi hak, kebebasan, dan penggunaan yang sah dari laut yang diakui dalam hukum internasional dengan menantang pembatasan yang melanggar hukum pada jalur yang tidak merugikan yang diberlakukan oleh China, Taiwan, dan Vietnam dan juga dengan menantang klaim China atas garis pangkal lurus yang melingkupi Kepulauan Paracel," kata Adams.
"Klaim maritim yang melanggar hukum di Laut China Selatan menimbulkan ancaman serius bagi kebebasan laut, termasuk kebebasan navigasi dan penerbangan, perdagangan dan perdagangan tanpa hambatan, dan peluang ekonomi bagi negara-negara pesisir Laut China Selatan," ucapnya sembari menambahkan bahwa langkah tersebut, pada dasarnya, merupakan tantangan bagi China dan Vietnam yang meminta pemberitahuan sebelumnya untuk berlayar ke Kepulauan Paracel, serta Taiwan, yang klaimnya atas Laut China Selatan mirip dengan China.
Pentagon secara khusus menentang klaim China yang dianggapnya berlebihan, dan baru-baru ini melakukannya dengan menerbangkan pesawat di dekat dua latihan Tentara Pembebasan Rakyat dalam dua hari terakhir. Setelah para pejabat militer dan diplomat China memperingatkan tentang manuver pesawat mata-mata U-2 di dekat latihan Komando wilayah Utara China.
Angkatan Laut AS mengakui kepada Newsweek bahwa mereka mengawasi latihan Laut China Selatan baru-baru ini. Ketegangan berlanjut dengan aksi militer China menembakkan dua rudal, termasuk yang dijuluki sebagai "rudal pembunuh kapal induk", ke Laut China Selatan pada Rabu pagi. Sumber yang dekat dengan militer Beijing mengatatakan tembakan misil itu mengirimkan peringatan yang jelas kepada AS.
Departemen Pertahanan AS atau Pentagon mengecam keras tindakan China yang menembakkan beberapa misil termasuk rudal yang dijuluki "pembunuh kapal induk" ke Laut China Selatan. Menurut Pentagon tindakan Beijing semakin mengguncang situasi di kawasan sengketa tersebut. Baca Lagi : Insiden di Laut Hitam, Jet Tempur Rusia Cegat Pesawat Pengintai AS
(sri)
Berita Terkait
TULIS KOMENTAR ANDA!