Liputan6.com, Jakarta - Emas naik hampir 1 persen ke level tertinggi satu minggu pada hari Rabu setelah Federal Reserve AS memegang janjinya untuk mengurangi rasa sakit ekonomi dari pandemi virus corona.
Dikutip dari laman CNBC, Kamis, 11/6/20, harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi USD 1,728,76 per ounce. Emas berjangka AS diselesaikan sedikit lebih rendah sebesar 0,1 persen pada USD 1,720.70.
″(Emas) mencapai tertinggi harian setelah pernyataan FOMC, yang melukiskan gambaran yang cukup suram bagi ekonomi AS, meskipun tidak terduga,” kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.
“Kami tidak melihat kabar baik keluar dari pernyataan FOMC itu dan kami memang melihat bahwa suku bunga akan tetap pada tingkat yang sama, yang sangat rendah, hingga tahun 2022 - dan itu mungkin sedikit terlalu ramah untuk pasar emas," tambah dia.
The Fed mengulangi janjinya akan dukungan luar biasa yang berkelanjutan bagi perekonomian ketika para pembuat kebijakan memproyeksikan penurunan 6,5 persen dalam produk domestik bruto tahun ini dan tingkat pengangguran 9,3 persen pada akhir tahun.
Selanjutnya
Di Wall Street, indeks utama seperti S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average negatif, sementara dolar merosot ke posisi terendah tiga bulan baru terhadap mata uang utama lainnya sebagai investor.
Langkah-langkah stimulus besar cenderung mendukung emas, yang sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
"Orang menggunakan emas sebagai aset safe-haven dan juga banyak yang percaya bahwa inflasi akan meningkat di kuartal mendatang," kata Phil Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.
Goldman Sachs memperkirakan emas akan mencapai USD 1.800 per ons pada basis 12 bulan dan risiko ekor dari inflasi di atas target sebagai pendorong potensial untuk harga naik di atas USD 2.000.