loading...
Itu terjadi setelah pejabat kesehatan Amerika Serikat mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah memulai uji coba untuk mengevaluasi kemungkinan vaksin untuk COVID-19 di Seattle.
Upaya China dimulai pada 16 Maret—hari yang sama dengan pengumuman AS—dan diperkirakan akan berlanjut sampai akhir tahun. Demikian keterangan dokumen pengajuan uji klinis vaksin di Clinical Trial Registry China tertanggal 17 Maret 2020. (Baca: COVID-19 Sudah Bunuh 14.613 Orang di Dunia, 5.476 di Italia)
Baca Juga:
"Relawan dari uji coba COVID-19 fase pertama sudah mulai menerima vaksin," kata seorang anggota staf yang terlibat dalam proyek yang didanai pemerintah itu kepada AFP, hari Minggu (22/3/2020).
Para 108 peserta, berusia antara 18 hingga 60 tahun, diuji dalam tiga kelompok dan diberi dosis yang berbeda. Mereka semua adalah penduduk di kota Wuhan, tempat virus corona baru pertama kali muncul akhir tahun lalu.
Ketika pandemi COVID-19 mengamuk dan pemerintah meningkatkan langkah-langkah perlindungan, perusahaan farmasi dan laboratorium penelitian di seluruh dunia bekerja keras.
Saat ini belum ada ada vaksin atau obat yang disetujui secara resmi untuk penyakit baru tersebut, yang telah menewaskan lebih dari 14.000 orang di seluruh dunia sejauh ini. (Baca juga: Dapatkah China Dimintai Pertanggungjawaban Hukum atas Pandemi Corona?)
Pengumuman uji coba vaksin China muncul di tengah perseteruan yang meningkat antara Washington dan Beijing atas pandemi COVID-19, di mana Presiden AS Donald Trump membuat marah Beijing dengan menyebut COVID-19 sebagai "Virus China".
National Times menerbitkan sebuah artikel opini pekan lalu yang menyatakan; "pengembangan vaksin adalah pertempuran yang tidak mungkin kalah dari China".
Tetapi penemuan vaksin itu diperkirakan akan memakan waktu lama, di mana calon vaksin dari AS kemungkinan membutuhkan satu tahun hingga 18 bulan lagi sebelum tersedia untuk umum.
Pengobatan antivirus yang disebut remdesivir, yang dibuat oleh Gilead Sciences yang berbasis di AS, sudah dalam tahap akhir uji klinis di Asia dan dokter di China telah melaporkan bahwa obat itu terbukti efektif dalam memerangi penyakit ini.
Tetapi hanya uji coba secara acak yang akan memungkinkan para ilmuwan untuk mengetahui dengan pasti apakah itu benar-benar membantu atau apakah pasien akan pulih tanpa itu.
(mas)