Friday, December 19, 2025

Abaikan Gertakan Trump, Putin Bersikeras Rebut Wilayah Ukraina Jika Diplomasi Gagal

0 comments
Ringkasan Berita:
  • Presiden Putin menegaskan Rusia tidak akan berkompromi terkait wilayah Ukraina, khususnya Donbas, dan siap menggunakan kekerasan jika diplomasi gagal.
  • Meski konfrontasi terus memanas, Presiden AS Donald Trump optimistis perdamaian bisa segera tercapai, sementara sekutu Eropa lebih berhati-hati, menekankan pentingnya jaminan keamanan jangka panjang bagi Kyiv.
  • Uni Eropa mempertimbangkan penggunaan puluhan miliar euro aset Rusia yang dibekukan untuk membiayai ekonomi dan militer Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan sinyal tegas bahwa ia tidak akan berkompromi terkait permintaan agar Ukraina menyerahkan wilayah-wilayahnya.

Dalam pidato panjang pada pertemuan tahunan Kementerian Pertahanan Rusia, Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa militernya siap menggunakan kekerasan jika upaya diplomasi tidak membuahkan hasil. 

"Kami lebih memilih untuk melakukan ini, dan menghilangkan akar penyebab konflik, melalui diplomasi.” ujar Putin dikutip dari CNN International.

“Jika negara lawan dan para pendukung asingnya menolak untuk terlibat dalam diskusi substantif, Rusia akan mencapai pembebasan wilayah bersejarahnya melalui cara militer," tegasnya.

Pernyataan ini dilontarkan Putin di tengah tekanan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang semakin gencar mendorong upaya perdamaian konflik Rusia dan Ukraina sejak 2022 silam.

Menunjukkan bahwa, meski Rusia lebih memilih penyelesaian damai melalui dialog, opsi militer tetap menjadi alternatif terakhir untuk mencapai tujuannya, terutama terkait wilayah-wilayah yang diklaim sebagai “bersejarah”. 

Adapun wilayah-wilayah sengketa yang dimaksud adalah Donbas, kawasan di timur Ukraina yang telah dianeksasi Rusia secara ilegal tetapi belum sepenuhnya dikuasai.

Bagi Putin, wilayah ini memiliki nilai simbolis karena diklaim sebagai “tanah bersejarah Rusia”.

Rusia bahkan menyatakan sebuah gencatan senjata yang bermakna hanya mungkin jika Ukraina menarik mundur pasukannya dari Donbas, sehingga wilayah tersebut bisa berada sepenuhnya di bawah pengaruh Rusia. 

Namun bagi Ukraina, Donbas adalah bagian dari wilayah sah negara mereka. Menyerahkan wilayah ini akan berarti melemahkan kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina

Alasan itu yang membuat pencaplokan Donbas oleh Rusia mendapat konfrontasi keras dari tentara-tentara Ukraina, analisis Institute for the Study of War bahkan memproyeksi Rusia baru akan menguasai seluruh Donbas pada Agustus 2027.

Baca juga: Putin Ejek Eropa Si Babi Kecil, Yakin Rusia Bisa Menang Perang Tanpa Syarat

Perpecahan Pendapat Antara AS dan Eropa

Meski perbedaan pandangan terkait status Donbas terus menjadi batu sandungan utama dalam upaya internasional untuk menghentikan permusuhan secara permanen antara Rusia dan Ukraina.

Akan tetapi Presiden Trump tetap optimistis terhadap prospek perdamaian. 

Ia menyatakan pekan ini bahwa "kita sekarang lebih dekat daripada sebelumnya" untuk mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik di Ukraina. 

Menunjukkan bahwa Amerika Serikat masih melihat peluang nyata untuk menengahi konflik, sekaligus menegaskan peran Washington sebagai mediator utama dalam upaya perdamaian di wilayah yang terus bergolak itu.

Adblock test (Why?)



No comments:

Post a Comment