“Partai kami bekerja untuk membentuk front nasional menghadapi keputusan menangguhkan parlemen, memecat Perdana Menteri Hichem Mechichi dan pejabat terkemuka lainnya, dan mengendalikan jalur demokrasi yang rapuh di tengah krisis yang sedang berlangsung di negara ini,” tutur Ghannouchi, dikutip The Associated Press (AP).
Ghannouchi mengatakan kepada AP selama panggilan video bahwa tujuan dari langkah ini adalah memberikan tekanan pada presiden untuk menuntut "kembali ke sistem demokrasi."
Baca juga: Aksinya Dituduh Kudeta, Ini Jawaban Presiden Tunisia Kais Saied
Pemimpin Ennahda sebelumnya menegaskan tindakan presiden Tunisia tersebut merupakan kudeta.
Baca juga: Takut Dunia Marah, Bennett Tunda Pengusiran Warga Palestina di Sheikh Jarrah
Ghannouchi menegaskan, dia dan beberapa pejabat yang ditunjuk telah meminta presiden menarik pernyataannya dan mempertahankan sistem demokrasi negara itu.
Baca juga: Salahkan AS atas Tertundanya Pembicaraan Kesepakatan Nuklir, Khamenei: Mereka Pengecut
Pada Minggu malam, Presiden Tunisia Kais Saied menggunakan Pasal 80 konstitusi untuk memberhentikan Perdana Menteri Mechichi, membekukan sistem kerja para menteri, dan mengangkat dirinya sebagai kepala eksekutif hingga pembentukan pemerintahan baru.
Langkah ini terjadi setelah protes keras pecah di beberapa kota Tunisia yang mengkritik penanganan pemerintah terhadap ekonomi dan virus corona.