Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago pun menganalisis kenapa elektabilitas Prabowo menurun. "Prabowo gagal memainkan sintemen populisme umat dan Islam," jelas Pangi saat dihubungi SINDOnews, Rabu (30/12/2020). (Baca juga: Survei Capres 2024 SMRC, Bye...bye... Prabowo)
Sementara, Pangi menegaskan, ceruk pemilih Prabowo yang sebenarnya adalah menguatnya pemilih Islam dan populisme Islam. Sementara, Prabowo dan Gerindra gagal merespons hal tersebut. Sentimen negatif inilah yang membuat elektabilitas Prabowo disebutkan 'bye-bye. (Baca juga: Prabowo-Sandi Masuk Istana, Haikal Hasan: Pengikutnya Masuk Penjara)
Di sisi lain, turunnya elektabilitas bisa disebabkan faktor sikap ketauladanan dari Prabowo yang hilang, termasuk konsistensi perjuangan hilang di mata pemilih. Sehingga, wajar masyarakat bilang Prabowo sudah tak menarik dan relevan lagi mereka perjuangkan, dan pemilih loyal banyak yang sudah kecewa karena konsistensi garis perjuangan yang mulai longsor. Menurut dia, lain cerita kalau Prabowo tetap dari dulu sampai sekarang konsisten berada di luar pemerintahan. Maka, Prabowo diprediksi satu-satunya figur yang tak tertandingi, karena lawan beratnya, Presiden Jokowi sudah dipastikan tak maju kembali setelah dua periode memimpin. (Baca juga: Prabowo-Sandi Masuk Kabinet, Tak Ada Lawan Abadi dalam Politik)
"(Prabowo) tetap setia mengkritik, oposisi dan tidak pernah lelah mengingatkan pemerintah, setia bersama rakyat, timbul dan tenggelam bersama rakyat, betul-betul selaras sikap dan perbuatan tidak hanya sekedar gimmick politik, rakyat pegang sikap dan perbuatan bukan sekedar kata-kata," pungkas dia.