Liputan6.com, Jakarta - Hari mencuci tangan sedunia diperingati setiap 15 Oktober. Hari mencuci tangan sedunia ini merupakan kampanye global yang dicanangkan oleh PBB bekerja sama dengan organisasi lainnya baik pemerintah dan swasta untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun oleh masyarakat.
Penunjukan hari cuci tangan pakai sabun sedunia pada 15 Oktober dilakukan pada pertemuan tahunan air sedunia yang berlangsung pada 17-23 Agustus 2008 di Stockholm, Swedia. Ini seiring penunjukan tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Sanitasi oleh Rapat Umum PBB.
Hari mencuci tangan sedunia diharapkan akan memperbaiki praktik-praktik kesehatan pada umumnya dan perilaku sehat pada khususnya.
Terkait mencuci tangan, ada pandemi COVID-19 turut mendorong aktivitas tersebut sebagai keharusan. Hal ini mengingat mencuci tangan salah satu hal yang wajib dilakukan dalam protokol kesehatan.
Ketua Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR), Hario Megatsari menuturkan, mencuci tangan dalam protokol kesehatan saat pandemi COVID-19 menjadi penguat untuk mengingatkan masyarakat mencuci tangan pakai sabun. Hal itu sebagai protokol kesehatan yang wajib dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Kalau kita cermati sekarang kegiatan masyarakat sebelum pandemi COVID-19 memang tidak terlalu baik. Salah satu indikasinya sebelum ada pandemi sarana cuci tangan sulit ditemukan. Ada pandemi banyak ditemukan tempat cuci tangan. Sebelum pandemi masyarakat sulit menemukan tempat cuci tangan dan kesadaran kurang. Ini mungkin berkah pandemi,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, (15/10/2020).
Hario menambahkan, pandemi COVID-19 membuat masyarakat sadar akan kebersihan dengan mencuci tangan. Di sisi lain pemerintah juga menyediakan tempat mencuci tangan. Jadi efek positif yang dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mendukung perubahan perilaku dengan rutin mencuci tangan pakai sabun sehingga mencegah penularan COVID-19.
Hario mengatakan, tak hanya mencegah penularan COVID-19, mencuci tangan juga bermanfaat untuk mencegah penyakit diare, tipus, dan penyakit berkaitan dengan pencernaan lainnya.
"Karena kalau secara teori kalau dikaitkan dengan pandemi akan mudah kuman dan virus mati dengan sabun. Karena bahan-bahan dalam sabun memang sensitif terhadap virus. Dikaitkan dengan pandemi manfaat mencuci tangan besar sekali untuk kurangi risiko tertular COVID-19,” kata dia.
Ia mengakui memang mencuci tangan pakai sabun sekarang minimal 20 detik. Bagi masyarakat, hal itu mungkin ribet tetapi hal tersebut untuk mencegah penularan COVID-19.
"Sebelumnya tidak terlalu peduli bagaimana mencuci tangan. Sekarang dipaksakan untuk mencuci tangan pakai sabun minimal 20 detik sehingga memastikan semua bagian tangan bersih terkena sabun. Ada bagian-bagian yang kalau kita tidak teliti dan tidak terkena sabun dan terburu-buru potensi penularan ada,” ujar dia.
Tantangan Giatkan Aktivitas Mencuci Tangan Pakai Sabun
Meski demikian, Hario menuturkan, ada tantangan untuk mengiatkan kampanye mencuci tangan pakai sabun. Salah satunya sarana untuk mendapatkan akses air bersih.
"Beberapa kelompok masyarakat sulit dapat akses air bersih dan sabun. Tantangan terbesar dan pemerintah punya PR cukup besar, karena masih ada sulit dapat akses air bersih dan sabun,” kata dia.
Hario mendorong partisipasi masyarakat terutama masyarakat kelas menengah atas untuk membantu pemerintah menyediakan akses kepada masyarakat yang belum dapatkan air bersih dan sabun. Hal ini mengingat menyediakan sarana tersebut pemerintah juga membutuhkan bantuan.
Selain itu juga hoaks atau kabar bohong. Hario menuturkan, hoaks juga menjadi tantangan saat pandemi. "Hoaks membuat masyarakat enggan untuk patuh protokol kesehatan,” kata dia.