loading...
Menanggapi itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitanmenyatakan tuduhan seperti itu tak benar. Sebab, ada alasan ketika pihaknya mengizinkan TKA bekerja di Indonesia. Di antaranya transfer ilmu dan teknologi yang mereka miliki kepada masyarakat sekitar tempat investor menanamkan modalnya.
"Pertama, mungkin disinformasi. Yang nyebar-nyebarin itu hatinya busuk aja. Pemerintah juga salah, kurang sosialisasi, karena asyik kerja," kata Luhut saat menghadiri acara After Hour Helmi Yahya di gedung iNews Center, Jakarta Pusat, Jumat (4/9/2020).
Baca Juga:
Dia mencontohkan salah satu daerah yang didatangi investor asal Negeri Tirai Bambu itu adalah Konawe, Sulawesi Tenggara. Kata dia, jumlah TKA China di sana hanya 3.000 orang dari total pegawai sebanyak 45.000. (Baca juga:Kata PLN, Penurunan Tarif Tak Berdampak pada Keuangan Perusahaan)
"Kecil kok. Jumlah pegawai di ada 45 ribu, tenaga asing 3 ribuan," ujarnya.
Selain mewajibkan transfer teknologi, lanjut dia, pihaknya juga mewajibkan para investor untuk membawa teknologi yang ramah lingkungan, membawa nilai tambah kepada industri dan pembangunan yang berkelanjutan.
"Kalau orang marah-marah kenapa enggak kerjakan orang dari kita, wong profesor aja bilang kita ada bidang studinya tapi tidak pernah praktik. Nah, sekarang adalah praktiknya," tambah Luhut. (Baca juga:Bogor, Depok, dan Bekasi Masuk Zona Merah COVID-19)
Menurut dia, keterlambatan kemajuan teknologi yang ada di Indonesia merupakan sebuah fakta yang ada di Indonesia. Namun, kini pemerintah terus mengupayakan agar terus berkembang semakin baik.
"Ini adalah fakta, enggak perlu malu. Ini negara Anda dan negara saya harus kita kerjakan bersama. Negeri ini makin baik," ujarnya.
(uka)