loading...
Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury mengatakan, era New Normal memberikan tantangan kepada para pelaku usaha dan investor untuk tetap bertahan, kreatif, dan jeli mengambil kesempatan untuk berinvestasi. Dalam membantu para investor dan pelaku usaha menginvestasikan dananya untuk aset yang tepat, BTN menggelar Investor Gathering bertajuk “Properti Murah di Era New Normal”.
“BTN memberikan peluang bagi para investor untuk membeli ataupun mengelola aset-aset dari BTN menjadi aset yang produktif dan bermanfaat, serta dapat mendukung program pemerintah menggerakkan perekonomian nasional,” kata Pahala seusai membuka acara Investor Gathering di Jakarta, baru-baru ini.
Pahala menjelaskan, Investor Gathering yang digelar BTN bertujuan menggalang penjualan aset para debitur BTN yang tidak “performing” sekaligus sebagai salah satu strategi mendorong pemulihan aset korporasi yang tidak produktif menjadi aset produktif menghasilkan profit, baik ke BTN maupun ke investor baru. (Baca: Analisis: AS Tampaknya Coba Hadang Israel untuk Caplok Tepi Barat)
Baca Juga:
“Aset tersebut berupa tanah, resort/kondotel, perkantoran, apartemen, gudang, perumahan, hingga pabrik yang bisa dikelola atau dijual kembali oleh para investor. Harga yang kami tawarkan ke investor sangat miring, karena hanya harga pokok dengan bunga yang bisa dinegosiasikan atau negotiable sehingga menarik untuk investor,” kata Pahala.
Pada kesempatan sama, Direktur Remedial and Wholesale Risk BTN Elisabeth Novie Riswanti menjelaskan, dalam acara Investor Gathering setidaknya ada 1.831 aset dengan nilai total sekitar Rp6,06 triliun yang ditawarkan BTN, baik berupa proyek perumahan, proyek apartemen, rumah, kos atau kontrakan, perkantoran, unit apartemen, pabrik, ruko, hingga gudang yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.
“Kami memberikan informasi selengkap-lengkapnya kepada calon investor agar mereka bisa menghitung nilai investasi, kemungkinan keuntungan yang mereka terima dalam jangka panjang sehingga ke depan mereka bisa memproyeksikan imbal hasil investasi atau return of investment mereka,” kata Novie.
Dia optimistis proyek perumahan masih prospektif mengingat tingginya backlog perumahan dan kebutuhan rumah. “Lokasi akan menjadi pertimbangan utama, selain faktor kelengkapan dokumen. Namun demikian, investor yang tertarik akan dilakukan due diligence untuk mengonfirmasi potensi dan prospek dari aset yang kami jual atau lelang,” ujar Novie. (Baca juga: Juli Terjadi Deflasi, Biaya Sekolah Tetap Mahal)