loading...
Masalah PJJ tidak hanya terkait kepemilikan gawai, tidak ada jaringan, dan kemampuan ekonomi untuk membeli kuota internet. Interaksi orang tua dan anak-anak selama belajar dari rumah menjadi sorotan.
Para orang tua selama pandemi COVID-19 ini "dipaksa" menjadi guru. Sementara tidak semua orang tua memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk pelajaran anak-anak sekolah. Pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan selama PJJ anak-anak mengalami kekerasan fisik dan verbal di dalam rumah tangga.(Baca juga: Mahasiswa Keluhkan Kuota Internet untuk PJJ, Ini Langkah Kemendikbud)
"Karena ketidakdewasaan orang tua dalam mengelola emosinya. Ini mungkin juga terjadi karena krisis ekonomi dalam keluarga sehingga anak-anak menjadi korban," katanya kepada SINDOnews, Senin (3/8/2020).
Baca Juga:
Masalah kekerasan terhadap anak ini tentu memerlukan perhatian khusus. "Sekolah, terutama guru harus berkomunikasi dengan orang tua untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh agar berjalan dengan baik. Tentu sesuai dengan kondisi sekolah, siswa, dan orang tua," kata Doni.
PJJ yang dalam praktiknya sangat mengandalkan jaringan internet membuka ancaman baru terhadap anak. Mereka bisa mendapatkan cyber bullying ketika berselancar di dunia maya di tengah waktu belajar.(Baca juga: Kemendikbud Akan Bantu PJJ Mahasiswa di Daerah 3T)
"Tentu hal ini mungkin saja karena anak-anak yang belum pernah PJJ tiba-tiba harus melakukan itu. Kalau tidak didampingi bisa salah dalam menggunakan media digital," katanya.
(abd)