Thursday, July 30, 2020

Sultan Abdul Hamid II Tolak Rayuan Zionis Kuasai Bumi Palestina

0 comments

loading...

INI adalah kisah sebelum Zionis internasional berhasil menguasai bumi Palestina dan mendirikan negara Israel di sana. Kala itu, pemimpin gerakan Zionisme internasional, Theodore Herzl, sudah sukses mendapatkan dukungan dari Eropa seperti Jerman, lnggris, dan ltalia. Hanya saja, mereka kesulitan menembus penguasa Palestina yang sejatinya, yakni Utsmani. (Baca juga: Bumi Utsmani Jadi Pintu Pertama dan Pondasi Gerakan Yahudi Internasional)

Negara-negara Eropa ini oleh Zionis hanya dijadikan sebagai penekan terhadap pemerintahan Ustmani. Juga sebagai pintu masuk untuk bisa menghadap dan melobi Sultan Abdul Hamid II .

Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menjelaskan kala itu, pemerintahan Utsmani sedang dilanda krisis keuangan dari hampir segala segi. Ekonomi negeri Utsmani benar-benar berada dalam ambang batas yang sangat memprihatinkan dan berada di ambang kehancuran.

Parahnya, Pemerintah Utsmani banyak berutang dengan negara-negara Eropa. Akibatnya, negeri itu mewajibkan pemerintahan Sultan Abdul Hamid untuk menerima delegasi keuangan mereka. Delegasi tersebut bertugas memberikan konsultasi masalah keuangan, agar pemerintahan Utsmani mampu membayar utang-utangnya.

Baca Juga:

Lubang ini merupakan satu-satunya jalan yang terbuka bagi Pemimpin Zionis, Theodore Herzl untuk bisa mempengaruhi kebijakan politik Sultan Abdul Hamid II terhadap orang-orang Yahudi.

Setidaknya ini diungkapkan Herzl dalam buku hariannya. “Kita harus mengeluarkan uang sebanyak 20 juta lira untuk memperbaiki kondisi ekonomi Turki, 20 juta untuk Palestina dan selebihnya untuk membebaskan Turki dari lilitan utang-utangnya, sebagai usaha awal untuk melepaskan dia dari delegasi Eropa. Oleh sebab itulah, kita akan memberikan bantuan keuangan kepada Sultan setelah itu dengan pinjaman baru yang dia minta."

Herzl melakukan kontak dan komunikasi yang sangat intensif dengan para decision maker di Jerman, Austria, Rusia, ltalia ataupun Inggris. Maksud dari komunikasi ini adalah untuk melakukan dialog dengan Sultan Abdul Hamid II. Untuk tujuan ini, Lanado seorang Yahudi sahabat Herzl memberikan nasehat padanya tanggal 21 Pebruari 1869 M agar dia mengambil Neolanski pemimpin redaksi East Post.

Baca juga: Kisah Heroik Sultan Abdul Hamid II Menghadapi Konspirasi Barat

Mengenai hal ini Herzl mengatakan: “Jika kita berhasil menguasai Palestina, maka kami akan membayar uang pada Turki dalam jumlah yang sangat besar dan kami akan memberikan hadiah dalam jumlah yang melimpah bagi orang yang menjadi perantara kami. Dan sebagai balasan dari ini, kami akan senantiasa bersiap sedia untuk membereskan masalah keuangan Turki. Kami akan mengambil tanah-tanah yang menjadi kekuasaan Sultan sesuai dengan hukum yang ada. Walaupun sebenamya mungkin tidak ada perbedaan antara milik umum dan milik pribadi."

Let's block ads! (Why?)



No comments:

Post a Comment