loading...
Data yang dikutip SINDOnews.com dari situs pelaporan online worldometers.info pada pukul 07.30 WIB, ada 85.268 kasus infeksi COVID-19 di Amerika dengan 1.293 orang di antaranya meninggal. Jumlah pasien yang disembuhkan 1.864 orang.
Jumlah kasus di Amerika itu melonjak tajam melampui China yang memiliki 81.285 kasus dan Italia 80.589 kasus.
Baca Juga:
Untuk data korban meninggal akibat pandemi virus corona baru tersebut, angka kematian tertinggi terjadi di Italia 8.215 orang, kemudian Spanyol 4.365 orang, China 3.287 orang, Iran 2.234 orang, Prancis 1.696 orang dan AS 1.293 orang. (Baca: COVID-19 Infeksi 0,5 Juta Orang di Dunia, AS Kini Terparah)
Gedung Putih, yang berada di bawah tekanan untuk meratakan kurva puncak infeksi virus corona COVID-19, menolak prediksi pemodelan statistik "high-end" yang “menakutkan”.
Dr Deborah Birx, pakar utama Gedung Putih untuk krisis COVID-19, menyinggung data perkiraan pemodelan statistik yang pernah menyebut 600.000 orang akan terinfeksi di kota Wuhan dan sekitarnya. Prediksi pemodelan statistik itu juga menyebut lebih dari separuh penduduk di Jerman akan terinfeksi.
“Saya tahu bahwa itu telah menjadi tempat di mana orang-orang melihat angka daripada apa yang dibutuhkan, karena jika Anda melakukan proyeksi ini, ketika Anda sampai pada proyeksi yang mengatakan, seperti Jerman dan lainnya, itu menyiratkan bahwa 60 persen atau 50 persen dari populasi akan terinfeksi, saya ingin menjadi sangat jelas," kata Birx dalam briefing di Gedung Putih seperti dikutip dari The Hill, Jumat (27/3/2020).
“Satu-satunya cara yang terjadi adalah virus ini terus bergerak melalui populasi dalam siklus ini, dan siklus gugur, dan siklus lainnya."
"Saya pikir angka-angka yang telah dikeluarkan di sana sebenarnya sangat menakutkan bagi orang-orang. Tetapi saya dapat memberi tahu Anda, jika Anda kembali dan melihat Wuhan dan Hubei dan semua provinsi (China) ini, ketika mereka berbicara tentang 60.000 orang yang terinfeksi, bahkan jika Anda berkata, baiklah, ada asimptomatik dan semua itu, jadi Anda dapatkan 600.000 orang dari 80 juta," paparnya.
“Itu sama sekali tidak dekat dengan angka-angka yang Anda lihat pada orang-orang di sana. Saya pikir itu telah menakuti rakyat Amerika. Saya pikir secara bebas, pada pemodelan yang baru saja Anda jalankan fallout, Anda bisa mendapatkan angka-angka itu jika Anda memiliki nol kontrol dan Anda tidak melakukan apa pun. Dan kita tahu bahwa setiap orang Amerika melakukan sesuatu," ujarnya.
Pendorong utama prediksi hari kiamat adalah Imperial College di pusat epidemiologi London dan profesor Neil Ferguson. (Baca juga: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan)
Ferguson dan seorang rekannya mem-posting laporan baru pada hari Kamis yang mengatakan bahwa tanpa jarak sosial (social distancing) dan intervensi pemerintah yang ketat, dunia akan menderita dengan 7 miliar infeksi dari populasi 7,8 miliar orang, dan 40 juta kematian.
Imperial college mengatakan bahwa dengan tindakan tegas jumlah itu dapat dikurangi setengah—20 juta kematian dan 3,5 miliar orang terinfeksi.
Prediksi itu juga memicu reaksi skeptis. Faktanya, China dengan lebih dari satu miliar penduduk berhasil menahan angka kematian di 3.287 orang dengan asumsi data rezim komunis Beijing dapat dipercaya. Korea Selatan juga memiliki kematian terbatas hingga di bawah 200 orang.
Angka kematian di AS meningkat cukup cepat minggu ini. Jumlahnya dua kali lipat dalam empat hari menjadi total 1.293 orang pada saat ini.
(mas)