loading...
Kehadiran Tulola Jewelry berasaldari kisah Dewi Sri Luce Rusna yang memulai semuanya di garasi rumah. Dewi Sri adalah anak Desak Nyoman Suarti, seorang maestro perak sukses di Bali yang mampu menembus pasar internasional. “Ketika bisnis keluarga mulai redup, saya mempertahankan tukang-tukang terbaik keluarga dan mengajak bekerja di rumah untuk membantu saya menerima pesanan dari luar negeri. Saya secara perlahan mulai membuat desain yang hanya untuk sahabat dekat dan pasar terbatas,” ujar Dewi Sri saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (30/10).
Pada saat yang hampir bersamaan, Happy Salma tertarik mengangkat kisah hidupibunda Dewi Sri, yakni Desak Nyoman Suarti. Menurut istri Tjokorda Bagus Dwi Santanaini, ibunda sahabatnya ini sangat menginspirasinya, terutama dalam menciptakan karya kerajinan perak. Situasi tersebut yang kemudian menarik perhatian Happy, salah satu aktris film dan televisi serta pemain dan produser seni pertunjukkan,untuk terlibat di bisnis perhiasan. “Saya dan Dewi Sri bertukar pikiran mengenai budaya Indonesia dan kekayaan motif perhiasanTanah Air,” ujar Happy.
Baca Juga:
Tulola Jewelry pun akhirnya resmi berdiri pada 2008. Menurut Dewi Sri, nama Tulola diambil dari nama anak perempuannya. Kesamaan ketertarikan dan visi mengantarkan Dewi Sri dan Happy bekerjasama lebih serius dalam kreativitas bersama karya One of the Kind Art Wear. “Kami berdua fokus pada peningkatan teknik kerajinan tradisional yang rumit tapi tetap wearable,” ujar Dewi Sri.
Di sisi lain, Franka Franklin diam-diam punya intuisi bisnis yang kuat seperti sang suami, Nadiem Makarim, pendiri Go-Jek yang kini menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Franka memiliki riwayat karier gemilang dalam bidang ritel selama 10 tahun, dari Time International, Kanmo Retail Group, Luxola.com, dan terakhir e-commerce Berrybenka. Ibu satu putri ini memilih berinvestasi di bisnis perhiasan Tulola yang didirikan Dewi Sri dan Happy. Pilihannya untuk berbisnis diawali dari kegemarannya memakai koleksi Tulola.
Dia bercerita, bisnisnya di industri perhiasan dimulai dari pertemuannya dengan Dewi Sri pada 12 tahun lalu. “Saya dan Nadiem juga berteman dengan Happy. Sebagai teman, saya sudah jadi fans Tulola. Satu hal yang konsisten dari dulu sampai sekarang adalah storytelling dan kekuatan produk-produk itu sendiri,” ungkap Franka.
Singkat cerita, sejak tiga tahun silam, alih-alih hanya menjadi pemakai daninvestor, Franka bergabung menjadi salah satu pemilik brand perhiasan Tulola. “Satuyang saya tahu dan penting sekali untuk brand adalah kekuatan dari cerita itu sendiri,which is branding. Yang kedua juga dari segiproduk atau produksi, apakah itu sesuatu yang bisa kita kembangkan atau tidak, saya lihat itu semua ada di Tulola,” ungkap Franka.
Pembagian kerja pun mulai diatur ketiganya. Dewi Sri menjadi founder yang juga bertanggung jawab sebagai desainer dan direktur kreatif. Sementara Happy bertugas sebagai co-founder yang juga menangani konsep kreatif dan pemasaran. Adapun Franka sebagai co-founder yang fokus mengembangkan bisnis ritel.
Hingga kini brand perhiasan ini telah memiliki delapan koleksi, diantaranya koleksi Juwita Malam (2011) yang terinspirasi dari lagu Juwita Malam karya Ismail Marzuki. Ada pula koleksi Pita Loka (2013) yang terinspirasi dari kisah Dyah Pitaloka dari tanah Pasundan. Sementara koleksi Tanah Air (2014) merupakan rupadan wajah Tanah Air pada masa lampau, era tahun sebelum kemerdekaan, dan awal kemerdekaan Tanah Air yang terinspirasi dari buku Douwes Dekker. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(nfl)