"Kami akan melihat SBDK bank-bank itu seperti apa? Untuk setiap jenis SBDK, baik untuk konsumsi, modal kerja, dan lainnya. Trennya naik atau menurun," ujar Perry hari ini (22/1) dalam webinar di Infobank TV.
Dalam penilaian tersebut BI akan melihat spread suku bunga atau selisih antara SBDK dibandingkan suku bunga acuan BI dan juga dari suku bunga deposito yang menggambarkan cost of fund perbankan. "Ini akan kami analisis lalu disampaikan ke masyarakat," katanya.
Bank Indonesia setidaknya telah menginjeksi likuditas (quantitative easing/QE) kepada perbankan sebesar Rp726,57 triliun sepanjang 2020. Injeksi likuiditas itu terdiri dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) dan ekspansi moneter bank sentral. ( Baca juga:Habib Rizieq Masih Sakit di Rutan Bareskrim, Pengacara: Mohon Doanya )
Namun Perry mengeluhkan, meskipun BI telah menyuntikkan likuiditas sangat tinggi ke sistem keuangan namun masalahnya bank-bank belum menurunkan suku bunganya. "Suku bunga acuan sudah sangat rendah tapi kredit bank belum turun. Kondisi likuiditas bank sangat longgar tapi jangan dananya mutar lagi di pasar keuangan. Harusnya ke sektor riil," ujarnya.