Liputan6.com, Jakarta - Setelah masa pandemi melanda seantero jagat, termasuk Indonesia, ada beragam hal yang tak lagi sama, contohnya, berwisata. Industri perjalanan jadi salah satu sektor yang terdampak, mengingat adanya pembatasan wilayah guna menekan transmisi corona Covid-19.
Di masa krisis seperti saat ini, faktor kesehatan dan kebersihan, baik diri sendiri dan lingkungan jadi sorotan utama. Penerapannya pun dilakukan ke berbagai lapisan kegiatan. Termasuk industri perjalanan harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, yakni menjalankan protokol kesehatan.
Seiring kondisi tersebut, turut memunculkan tren baru, terkhusus soal kembali berwisata. Wakil Ketua Umum Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Budijanto Ardiansjah mengatakan, tren kini masyarakat tidak lagi trip secara rombongan atau beramai-ramai.
"Kecenderungan tidak berbaur dengan orang lain, mereka eksklusif bersama kelompoknya atau keluarga," kata Budijanto ketika dihubungi Liputan6.com, Kamis, 27 Agustus 2020.
Budijanto melanjutkan, rata-rata pelancong memilih kegiatan outdoor, di mana wisata alam yang lebih diminati di masa pandemi. Kegiatan luar ruangan sifatnya exercise tour sembari bersepeda daripada ke tempat ramai.
"Beberapa tren kecenderungan ini diperhatikan oleh pelaku wisata. Nantinya mereka mengemas paket wisata yang memenuhi syarat-syarat tersebut, selain syarat CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) yang sudah diterapkan," tambahnya.
Inovasi yang berkembang dalam dunia perjalanan saat ini adalah berwisata secara virtual. Gagasan ini muncul mengingat keterbatasan secara perjalanan.
"Acara tur virtual hanya sifatnya sementara memenuhi keinginan ketika sudah lama tidak wisata, tetapi tidak memenuhi secara keseluruhan, hanya tren sesaat," ungkap Budijanto.
Road Trip
Selain wisata virtual, masa pandemi turut membuat wisata road trip kembali naik daun. Namun dikatakan Budijanto, orang masih cenderung belum wisata terlalu jauh dan hanya berwisata lokal.
"Ada keengganan orang berjalan jauh. Setelah dibukanya kawasan wisata di lingkungan dia tinggal atau wisata lokal dan mengikuti protokol kesehatan, diharapkan aman lalu dikembangkan ke wisata domestik juga antarprovinsi," lanjutnya.
Budijanto melihat ada dua poin soal segmentasi pelancong, yakni low-end customer dan high-end customer. "Yang low-end customer kebanyakan masih menunda wisata karena harus memenuhi kebutuhan primer, ada pertimbangan itu," tambahnya.
"Untuk high-end customer memang spend besar, perlu pastikan semua sudah aman dengan memberikan trust dulu," kata Budijanto.
Operator Tur
Dari sektor wisata dan perjalanan, operator tur pun tak lupa terkena imbas dari corona Covid-19. Hal ini diungkapkan pemilik Anjani Trip, Rachmat Julio. Pandemi, dikatakannya berdampak pada banyak perubahan.
"Dari segmentasi pasar yang pasti ada penurunan yang tadinya per week bisa tembus 100 orang, terburuk 40 orang, sekarang per week 10--15 orang," kata Julio ketika dihubungi Liputan6.com, Jumat, 28 Agustus 2020.
Julio mengatakan, kini banyak orang menghindari dan menunda dahulu untuk jalan-jalan. Namun di sisi lain, ada pula mereka yang sangat ingin kembali berwisata. Karena itu, strategi marketing operator tur pun harus diubah.
"Seperti coba berkolaborasi dengan teman-teman public figure atau influencer. Biaya marketing, biaya sosialisasi tentang trip di era pandemi seperti apa, protokolnya bagaimana, itu coba diterapkan," lanjutnya.
Sejak pandemi pada Maret lalu, Anjani Trip baru kembali ada trip lagi pada 14 Agustus 2020 lalu. Operator tur ini juga berkolaborasi dengan enam influencer ternama Tanah Air, yakni Sabian Tama, Awkarin, Keanu, Eri Carl, Dara Arafah, dan Sarah Gibson.
"Dampak dan efeknya buat kita luar biasa, antusias calon traveler mulai banyak dan efektif dengan adanya bantuan dari teman-teman influencer," kata Julio.
Soal trip sendiri, dikatakan Julio, tak ada paket yang berubah. Kendati demikian, yang membedakan adanya penerapan protokol kesehatan. "Kita tidak bisa berekspektasi tinggi di era pandemi, at least perusahan kita running lagi, menyelamatkan cash flow itu terpenting," lanjutnya.
"Dari kami pribadi, tahun ini profit nomor dua, nomor satu adalah gimana caranya kita sosialisasikan kepada publik bahwa Labuan Bajo sudah layak dan aman untuk dikunjungi. Setiap calon traveler mau ke Labuan Bajo wajib rapid test atau swab, berarti screening awal sudah ada, sebelum flight screening awal ada, surat keterangan sehat ada, setelah sampai kita screening lagi," ungkap Julio.
Ia menambahkan, ketika sampai di Labuan Bajo juga harus menjalankan protokol seperti anjuran pemerintah. "Kapasitas kami kurangi, kita atur formasinya. Misalnya satu kapal dari 100 persen rules dari kami 70--80 persen, jarak kita kaga, sampai pelabuhan kita screening, di setiap kapal disediakan thermo gun, kita cek suhu tubuh mereka setiap hari, hand sanitizer setiap sudut, sabun cuci tangan, dan makanan kami sajikan secara steril," kata Julio.